ADVERTISEMENT

Seninya Mudik

Senin, 9 Mei 2022 07:00 WIB

Share

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

MUDIK Lebaran identik dengan 'horor macet'. Bagaimana tidak macet, mobilitas berjuta-juta penduduk dalam waktu bersamaan sudah pasti menimbulkan simpul-simpul kemacetan.

Tapi jangan heran kalau warga tidak pernah kapok. Tetap saja pulang kampung halaman setiap Hari Raya Idul Fitri meski didera kemacetan berjam-jam. Tradisi orang Indonesia 'eksodus' pulang kampung (pulkam) tiap tahun, bahkan sudah kesohor sampai mancanegara. 

Tahun ini, jumlah warga yang mudik angkanya luar biasa. Balitbang Kemenhub mencatat, ada sekitar 85 juta warga di berbagai daerah mudik menggunakan moda transportasi darat, laut maupun udara. Seperti lepas dari kurungan setelah 2 tahun dikungkung Covid-19, euforia warga pun tak terbendung. 

Hiruk pikuk mudik pun tak terhindarkan. Para stake holder dibuat sibuk bagaimana mengelola manajemen mudik yang baik. Sementara pemudik juga sibuk menyiapkan diri menyongsong horor macet, atau menghadapi cuaca tak bersahabat.

Keinginan pulkam yang begitu kuat, mengalahkan segalanya. Teriknya matahari bagi pemudik bersepeda motor, pegalnya kaki penumpang bus dan mobil pribadi yang didera macet berjam-jam,  tidak membuat patah arang. Itulah seninya mudik. Indah dan seru. Nikmati saja. Begitu kata kebanyakan pemudik.

Mudik juga banyak hikmahnya. Karena melatih kesabaran dan menumbuhkan rasa solidaritas sosial. Berbuka puasa di tepi jalan bersama-sama, saling menolong ketika ada yang butuh bantuan, berbagi makanan, berbagi tempat istirahat di tengah kemacetan dan solidaritas lainnya. Juga menambah kawan dan kolega baru. 

Nah, bagi yang nyinyir mungkin akan berkata 'Ngapain sih mudik, bikin repot, bikin macet'. Anggap saja yang nyinyir itu sebetulnya iri nggak punya kampung halaman, bingung mau mudik ke mana. 

Momen mudik Lebaran adalah hajatan nasional. Umat non muslim pun juga banyak menikmati mudik Lebaran dengan berlibur ke luar kota. Tapi jangan lupa, patuhi aturan dan hargai keringat petugas di lapangan. Angkat topi buat mereka. Karena mereka adalah ujung tombak pengamanan arus mudik dan arus balik Lebaran. (Ird@)

ADVERTISEMENT

Editor: Deny Zainuddin
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT