ADVERTISEMENT

Waduh, Tradisi Mudik Ternyata Jadi Ancaman Besar Pencemaran Udara Terhadap Kota-kota Besar

Minggu, 8 Mei 2022 14:36 WIB

Share
Kondisi jalan jalur wisata Puncak pada sore hari macet total untuk kedua arah, wisatawan tetak saja menyerbu. (Foto: Panca)
Kondisi jalan jalur wisata Puncak pada sore hari macet total untuk kedua arah, wisatawan tetak saja menyerbu. (Foto: Panca)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Tradisi mudik menjadi ancaman besar Pencemaran udara bagi kota-kota besar di Indonesia yang sarat dengan industri dan kendaraan bermotor. Apalagi mudik kali ini adalah luapan akumulsi 2 kali lebaran tidak mudik karena pandemi Covid-19. 

Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) Ahmad Safrudin mengatakan, sumber pencemaran udara adalah terutama pembakaran bahan bakar fosil untuk mendapatkan energi untuk industri dan transportasi. 

Tak terkecuali, kata Ahmad, kawasan yang menjadi jalur mudik lebaran yang selama ini dikenal dengan tingkat kemacetannya yang sangat luar biasa seperti Jalan PANTURA Jawa maupun Jalur Selatan Jawa via Nagrek.

 

Daerah-daerah tersebut, juga amat sangat berisiko tinggi akan pencemaran udara, tidak saja mengancam para pemudik, tetapi justru bagi para pemukim di sekitar jalur mudik tersebut. 

Ahmad membeberkan, bahan beracun yang terkandung di dalam polutan emisi gas buang kendaraan bermotor antara lain Particulate Matter (PM), Sulfur Dioxide (SO2), Nitrogen Dioxide (NO2), Carbon Monoxide (CO), Ozone (O3), Hydro Carbon (HC), dll. 

Ahmad pun menjelaskan, pada umumnya zat-zat yang dikeluarkan dari kendaraan bermotor ini dapat langsung mempengaruhi sistem pernafasan, pembuluh darah, sistem saraf, hati dan ginjal dengan gejala pusing-pusing, mual dengan penyakit/sakit ISPA, astma, tekanan darah tinggi, hingga pada penyakit dalam. 

"Seperti gangguan fungsi ginjal,kerusakan pada sistem syaraf, penurunan kemampuan intelektual (IQ) anak-anak, kebrutalan pada remaja, keguguran, impotensi, jantung coroner (coronary artery dieses), kanker dan kematian dini," tutur Ahmad dalam keterangan tertulisnya, Minggu (8/4/2022). 

 

Ahmad menyebut, hal tersebut sebagai pembunuhan tam tampak (invisible killer) akibat terpapar emisi kendaraan yang terjebak kemacetan berjam-jam selama perjalanan Mudik. 

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT