Gotong Royong Membangun Negeri

Kamis, 28 April 2022 07:00 WIB

Share

Yang diperlukan, bagaimana gotong royong sebagai jati diri bangsa dapat teraplikasi secara nyata dalam kehidupan sehari-hari untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa - Harmoko

"BERILAH makan kepada orang yang lapar, berilah payung kepada orang yang kehujanan.” Itulah dua pitutur luhur yang diajarkan Sunan Bonang (Wali Songo) yang hingga kini masih tetap aktual, dan tetap aktual sampai kapan pun. Lebih-lebih di era sekarang ini, di tengah situasi ekonomi yang sedang bergejolak, di tengah melonjaknya kenaikan harga sembako pada bulan Ramadan ini.

Lengkapnya ada empat pesan yang disampaikan Raden Makdum Ibrahim alias Sunan Bonang. Dua lainnya adalah “Berilah tongkat kepada orang buta, berilah pakaian kepada orang yang telanjang”.

Pesan serupa dalam bahasa Jawa juga disampaikan Sunan Drajat. “Menehanan teken marang wong kang wuto, menehana mangan marang wong kang keluwen, menehana busana marang wong kang kawudan, menehana ngiyup marang wong kang kaudanan. Kalimat itu terpampang dengan jelas begitu memasuki di kompleks pemakaman Sunan Drajat, di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, JawaTimur.

Jika dirangkai keempat pesan itu mencerminkan adanya perilaku kerja bersama saling bahu membahu, saling melengkapi-sering disebut gotong royong yang di dalamnya terdapat aktivitas saling berbagi, saling membantu, tolong menolong tanpa pamrih sebagaimana diamanatkan dalam nilai-nilai luhur falsafah bangsa kita, Pancasila.

Bukankah sering dikatakan pula, termasuk oleh founding fathers negeri kita, jika Pancasila diperas yang muncul kemudian (isinya) adalah “gotong royong.” Di sisi lain, Pancasila itu sendiri digali dari mutiara bangsa Indonesia.

Mencermati kata, tentu yang sebatas yang tersurat, tetapi akan jauh lebih bermakna yang tersirat.

Beri makan kepada orang yang lapar, tentu bukan sekadar memberi nasi berikut lauk pauknya, tetapi bagaimana negeri ini dapat memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya, lebih jauh lagi adalah tingkat kemakmuran.

Memberi tongkat, bisa berarti memberi jalan kehidupan, ilmu pengetahuan, pendidikan dan kesehatan.

Memberi busana, bukan sebatas sandang, tetapi menutup rasa malu dengan mengajarkan nilai-nilai etik dan moral. Program revolusi mental yang didengungkan sudah sejalan, tetapi belum berjalan sebagaimana didengungkan.

Halaman
Berita Terkait
Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar