JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pengamat Politik Citra Institute Efriza tergelitik dengan sikap Partai Gerindra yang mingkem seribu bahasa melihat kasus pengeroyokan Ade Armando. Menurutnya, hal ini erat kaitannya dengan kasus Ratna Sarumpaet jelang Pilpres 2019 lalu.
Saat itu, Gerindra paling vokal berkomentar soal isu pengeroyokan yang dialami Ratna Sarumpaet. Padahal, kasus tersebut hanyalah rekayasa alias penipuan.
"Gerindra dalam posisi mengetahui, bahwa jangan dikit-dikit kemakan isu, isu islam ataupun isu pengeroyokan. Karena bayangan Gerindra dia harus nasionalis. Kalau dia masuk ke ranah sana, dia bisa babak belur lagi, bisa-bisa elektabilitasnya turun," kata Efriza kepada wartawan, Rabu (20/4/2022).
Menurut Efriza, Gerindra saat ini sangat berhati-hati mengomentari isu yang sedang hangat di tengah-tengah masyarakat. Partai yang dipimpin Prabowo Subianto ini tidak lagi ingin tercoreng namanya karena isu-isu agama maupun pengeroyokan.
Ada alasan lain yang membuat Gerindra bungkam dengan kasus pengeroyokan Ade Armando. Efriza bilang, Gerindra sedang berupaya mendekatkan diri dengan Presiden Joko Widodo agar mendapatkan tiket untuk maju di Pilpres 2024 mendatang.
"Posisi Gerindra saat ini adalah posisi yang berada di istana, dan gerindra melalui Prabowo sedang mencoba untuk mendapatkan tiket atau dukungan dari Presiden Jokowi, karena Jokowi akan jadi king maker," katanya.
Beberapa waktu lalu, Ratna Sarumpaet tampil di podcast Deddy Corbuzier dan membahas tentang perilakunya saat menyebarkan berita pengeroyokan.
Saat ditanya bagaimana kasus tersebut kemudian terbawa hingga ke ranah politik, Ratna menjawab secara mengalir ia tiba-tiba menceritakan kebohongan yang sama kepada salah seorang tamu politik yang berkunjung ke rumahnya.
Setelah menceritakan hal tersebut kepada tamu politiknya, Ratna tak menduga bahwa berita tersebut sangat mudah tersebar hingga ramai menjadi perbincangan masyarakat.(*)