ADVERTISEMENT

Jadi Kades Dimodali Suami, Terpilih Malah Memiliki PIL

Sabtu, 16 April 2022 06:30 WIB

Share
Kartun Nah Ini Dia: Jadi Kades Dimodali, Suami Terpilih Malah Memiliki PIL. (kartunis: poskota/ucha)
Kartun Nah Ini Dia: Jadi Kades Dimodali, Suami Terpilih Malah Memiliki PIL. (kartunis: poskota/ucha)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

NY. Purwanti (35) benar-benar istri yang tak tahu terima kasih. Dia berhasil jadi Kades karena dimodali suami, pinjam di bank Rp150 juta. Tapi setelah terpilih, Bu Kades malah punya PIL, padahal cicilan suami ke bank masih lama lunasnya. Tak terima disia-siakan oleh istrinya, Wandoyo (38) mengadu ke Polres Pasuruan.

Jer basuki mawa beya, begitu pepatah Jawa yang maksudnya adalah, untuk meraih kesuksesan perlu modal (biaya). Untuk Pilkades pun juga begitu. Karena di mana-mana konstituen tahu duit, dia baru mau nyoblos seorang calon manakala diberi uang. Money politic sebetulnya dilarang, tapi pemilih kadung mengedepankan NPWP dalam arti: nomer pira wani pira.

Nah, Ny. Purwanti warga Nguling Kabupaten Pasuruan (Jatim), meski suami sudah jadi ASN dan  bekerja sebagai TU di SMP Negeri di kotanya, pengin juga mengembangkan dirinya. Dia tak mau menjadi perempuan yang hanya mamah karo mlumah. Dia ingin pula menggunakan ijazah SMA-nya untuk merintis karier, sehingga tidak terlalu bergantung ke suami secara ekonomi.

Kebetulan di kampungnya ada Pilkades, sejumlah tokoh masyarakat menjagokan Purwanti. Katanya ada big data bahwa 1.100 penduduk desanya mendukung Ny. Purwanti jadi Kades. Sayangnya, bagaimana big data tersebut, sumbnernya tak mau menyebutkan. Percayalah sama aku, pokoknya mayoritas penduduk sini mendukungmu.” Kata seorang tokoh masyarakat setempat. 

Tokoh itu punya kharisma di desanya, rasanya tak mungkin bohong. Maka Purwanti konsultasi pada suami tentang peluang ikut Pilkades. Awalnya Wandoyo tak percaya jika hanya berdasarkan big data misterius. Jika yang ngomong pemilik lembaga survei macam Indo Barometer, Poltracking, Charta Politika, SMRC dan Litbang Kompas, barulah bisa dipercaya. “Itu kan tingkat gubernur dan presiden Pak, kalau hanya Kades mana mau lembaga survei ngurusi.” Kata Purwanti meyakinkan suami.

Benar juga memang, tapi ikut Pilkades kan perlu duit. Bukan “mahar” untuk partai, tapi sekadar  amplop untuk memengaruhi pemilih yang sudah paham artinya NPWP. Jika jual sawah juga tak langsung laku, maka Purwanti usul pada suami agar pinjam saja ke bank pemerintah. Agunannya ya SK pengangkatan sebagai ASN itulah. Jika hanya sekitar Rp150 juta masih bisalah. 

Wandoyo memang sangat mencintai istrinya, sehingga dia memberanikan diri pinjam ke bank. Entah apa alasannya, bisa dapat pinjaman Rp150 juta dengan tenor (masa angsuran) selama 3 tahun. Sebab jika terus terang untuk modal Pilkades, pastilah ditolak. Risikonya, gaji Wandoyo bakal dipotong banyak, sehingga tiap bulan hanya tinggal terima Rp400.000. Untung hidup di desa masih bisa nyawah. Dan sayur mayur tinggal metik di kebun.

Beruntunglah, pada Pilkades beberapa tahun lalu itu Purwanti menang, dan mulailah menjabat  sebagai Kades di desanya. Sayangnya bini Wandoyo ini bagaikan kacang lupa kulitnya. Sementara gaji suami dipotong bank setiap bulan, dia malah tega memotong dalam lipatan. Maksudnya, diam-diam dia pacaran dengan pamong desanya. Koplak habis!

Namanya orang pacaran zaman sekarang, tak cukuplah jika hanya ngobrol dan makan bareng, musti pakai tidur bareng. Tempatnya bukan di hotel, tapi relasi pamong desanya tersebut. Gilanya, pemilik rumah kok ya merelakan saja rumahnya dijadikan ajang perselingkuhan. Atau jangan-jangan memang ada fee-nya untuk “tinju” hanya 1-2 ronde tersebut.

 

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT