Para pengamat, mahasiswa, tokoh sepuh, masyarakat luas, khawatir dengan ‘gerakan’ 3 periode itu, karena dianggap berbahaya untuk kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ketika parpol besar PDIP dan Nasdem bergabung dengan oposisi, Demokrat dan PKS, menolak penundaan Pemilu dan 3 periode, toh usaha mereka tampak tidak mereda, mereka terus bermain-main 3 periode. Dan masyarakat oposan pun yakin, gerilya terus berlanjut.
Mahasiswa yang makin gerah, akhirnya tidak bisa menahan diri, di berbagai kota mulai muncul reaksi, dari berwacana hingga mulai turun demo. Tanda-tandanya membesar. Membaca itu, Presiden kemudian melarang menterinya menyuarakan penundaan dan perpanjangan.
Tapi, mahasiswa sudah kadung berkurang kepercayaannya. BEM SI turun demo di Jakarta, menolak penundaan Pemilu dan 3 periode. Di berbagai kota demo mahasiswa membara.
Rencananya, 11 April demo mahasiswa digelar secara besar-besaran. Tuntutan mahasiswa bukan hanya dua isu itu, tapi juga mengkritisi soal harga kebutuhan pokok yang melambung, harga BBM dan pajak juga naik. Para pejabat dari TNI menaruh perhatian besar.
Maka, bermain-main konstitusi, bermain-main 3 periode berbahaya, merugikan, merepotkan banyak pihak. Demo mahasiswa membara dimana-mana. (**)