KOREA SELATAN, POSKOTA.CO.ID - Kementerian Pertahanan Korea Selatan menyebutkan negara itu telah berhasil melakukan uji coba roket luar angkasa berbahan bakar padat pertamanya.
Hal ini beberapa hari usai Korea Utara meluncurkan rudal balistik antar benua.
Kementerian mengatakan bahwa Badan Pengembangan Pertahanan yang dikelola negara telah melakukan tes di sebuah situs di Taean, 150 kilometer barat daya Seoul, pada Rabu (30/3/2022). Demikian dikutip dari Yonhap.
Tujuan dari uji tembak tersebut adalah untuk mengonfirmasi dugaan kemampuan peluncuran roket luar angkasa buatan sendiri.
Hal ini disebut sebagai pengembangan besar untuk memperoleh kemampuan pengawasan ruang angkasa.
Roket propelan padat buatan dalam negeri diluncurkan dengan dihadiri Menteri Pertahanan Suh Wook dan pejabat senior lainnya.
Kementerian Pertahanan menambahkan bahwa negara itu akan segera meluncurkan satelit mata-mata ke orbit dengan roket berbahan bakar padat.
“Datang pada waktu yang sangat genting setelah Korea Utara mencabut moratorium uji coba senjata, peluncuran uji coba peluncuran luar angkasa berbahan bakar padat yang sukses ini merupakan tonggak penting dalam upaya militer kami untuk sistem pengawasan berbasis ruang sepihak dan meningkatkan kemampuan pertahanan,” bunyi pernyataan itu.
Korea Selatan saat ini tidak memiliki satelit pengintai militer sendiri dan bergantung pada satelit mata-mata Amerika untuk memantau fasilitas strategis di negara tetangga Korea Utara.
Itu adalah uji coba rudal balistik antar benua penuh pertama Korea Utara sejak 2017 dan proyektil itu tampaknya melakukan perjalanan lebih tinggi dan lebih jauh daripada rudal sebelumnya yang diuji oleh Pyongyang untuk meningkatkan pencegahan nuklirnya terhadap Amerika Serikat.
Peluncuran oleh Seoul juga terjadi kurang dari setahun setelah Korea Selatan dan AS sepakat untuk menghapus pembatasan yang telah mencegah Korea Selatan mengembangkan atau memiliki rudal balistik dengan jangkauan maksimum lebih dari 800 kilometer.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un kembali fokus pada perluasan kemampuan nuklir dan rudal negara itu setelah diplomasi dengan mantan Presiden AS Donald Trump berakhir tanpa terobosan pada 2019. ***