Ikatan Dokter Indonesia

Sabtu 02 Apr 2022, 07:00 WIB

Oleh: Hasto Kristiyanto

Sejarah kemerdekaan Indonesia adalah sejarah perjuangan. Dalam perjuangan itu sejarah mencatat kepeloporan para dokter Bumi Putera. Mereka bergerak menggunakan nalar budi yang digelorakan oleh nilai kemanusiaan. Nilai kemanusiaan itulah yang menjadi instrumen penyadar tentang penderitaan bumi Nusantara akibat penjajahan kolonialisme Belanda. 

Dengan tinta emas, perjuangan dr. Soetomo, dr. Tjipto Mangoenkoesoemo, dr. Wahidin Sudirohusodo, dr. Radjiman Wedyodiningrat, dr. Soeharto, dr. Ahmad Mochtar, dr. Mohamad Sjaaf, dr. Johannes Leimena, dr. M. Sardjito, dr. Sarwono Prawirihardjo, dan dr. Soejono Djoened ditulis dalam sejarah sebagai pendobrak alam pikir bangsa terjajah.

Para dokter tersebut menjadi pelopor dalam perjuangan baru, dengan metode baru, dan pendekatan baru, dengan mendirikan Boedi Oetomo. Tidak hanya itu, dalam masa sulit menjelang kemerdekaan Indonesia, tampillah dr. Radjiman Wedyodingrat sebagai Ketua Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK).

Bersama Bung Karno dan Bung Hatta, dr. Radjiman dan dr. Soeharto menjalankan misi rahasia ke Saigon, Vietnam guna mempersiapkan pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. 
Begitu besar jasa para dokter pejuang. Mereka menjadi dokter pelopor yang berjuang karena gelora kemanusiaan.

Setiap dokter pejuang memiliki peran tersendiri. Dalam testimoninya, dr. Soeharto tidak hanya berperan sebagai dokter pribadi Bung Karno dan Bung Hatta. Ia juga sering menjalankan peran yang begitu penting. Ia menggalang dana revolusi bagi republik yang baru berdiri. Ia menjalankan berbagai misi rahasia dan menjadi benteng bagi Dwi Tunggal Sukarno-Hatta dari berbagai pertarungan elit kekuasaan.

Dokter Soeharto pula yang memelopori pendirian Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Ditegaskan bagaimana IDI lahir dengan tujuan mulia. IDI di awal kemerdekaan ini memperjuangkan hak pokok tiap-tiap manusia untuk memperoleh kesehatan jasmani dan rohani sesuai dengan paham keadilan sosial. IDI berjuang guna mempertinggi derajat kesehatan rakyat dan sekaligus pengembangan ilmu kesehatan dalam hubungannya dengan perkembangan ilmu-ilmu lain yang bisa diterapkan dalam dunia kedokteran. 

Dalam masa perjuangan ini, IDI juga berkomitmen untuk mengadakan penyelidikan di lapangan ilmu kedokteran pada khususnya dan lapangan kesehatan pada umumnya. Komitmen untuk mendidik rakyat; memelihara dan memperbaiki kesehatan kaum pekerja, perempuan hamil, dan anak-anak menjadi perhatian utama IDI. Tidak hanya itu, perjuangan perbaikan makanan, dan berbagai kegiatan preventif di dalam menganjurkan olah raga dan penghiburan di kalangan rakyat juga menjadi misi IDI.

Pendeknya, IDI dalam masa perjuangan digerakkan oleh semangat kepeloporan tanpa pamrih. Ia begitu progresif, dan berjuang tanpa egosentris. IDI mengembangkan budaya inklusif, dan mendorong daya kreasi setiap anggotanya di dalam melakukan penelitian, perbaikan metodologi pengobatan, dan mendorong agar Indonesia bisa berdaulat dalam bidang kesehatan.

Tidak heran, perkumpulan tabib Indonesia pun diintegrasikan dalam IDI. Semua dalam konsepsi pentingnya memadukan metodologi pengobatan modern ala Barat, dan berbagai metodologi tradisi Timur yang sudah teruji dalam praktik. Di sini IDI membangun kultur open mind, dan respek pada tradisi pengobatan yang telah berurat berakar dalam peradaban umat manusia.

Dengan sikapnya ini, IDI tidak mengambil sikap konfrontatif. IDI membuka mata hati dan pikiran sesuai dengan ruh kemanusiaan yang menjadi landasan filosofis dokter di dalam menggunakan ilmunya bagi kemanusiaan. 

 

Ilustrasi. (arif/ucha)

News Update