"Pada lembar hasil pengujian juga disebut, "Kandungan titanium (TI) dapat menjadi salah satu indikasi adanya meteorit, meskipun belum cukup kuat karena kandungannya yang relatif rendah dan unsur titanium juga seringkali secara alamiah dalam bahan besi."
Kata Agus yang menjadi bukti kuat adanya pembuatan Golok Cakung oleh para mpu di masa lalu yakni temuan alat tempa atau paron di belakang Kantor Kecamatan Cakung.
"Yang menguatkan (keberadaan) Golok Cakung ini yaitu adanya alat tempa atau paron di belakang kantor Kecamatan Cakung. Itu yang perlu kita lanjutkan kita bisa klaim golok ini, Golok Cakung karena ada alat tempa," tuturnya.
Ada beberapa ciri khas yang membedakan Golok Cakung dengan pada umumnya.
Menurut Agus, pertama, bagian handle atau gagang biasanya terbuat dari kayu tlogosari, tanduk kijang maupun tanduk kerbau bule.
Lalu, bentuk dari gagang tersebut menyerupai ceker kidang atau kaki kijang. Selain itu, bahan dasar bilah yang terdapat unsur batu meteor serta bilah candung juga jadi faktor pembeda Golok Cakung dengan golok umumnya.
Mengenai perawatannya, lanjut Agus, menggunakan minyak sebagai pelapis alami agar besi pada Golok Cakung tidak mengalami karat. "Paling perawatan kita oles pakai minyak kita bersihkan," tuturnya.
Agus mengatakan karena usianya yang tua dan antik, Golok Cakung ini sempat ditawar oleh kolektor dengan harga mencapai Rp5 juta.
Namun dirinya enggan menjual lantaran Golok Cakung dipandang sebagai warisan budaya khususnya bagi wilayah Cakung sendiri.
"Sebenarnya di data kurang lebih ada 50 golok yang ada di Cakung. Untuk saat ini dipegang oleh pewaris masing-masing tapi tetap di bawah kontrol Suku Dinas (Sudin) Kebudayaan, jadi kalau ada apa-apa saya berkoordinasi, misalnya kalau golok ini mau diwariskan ke siapa, saya bakal lapor ke Sudin," jelasnya. (Ardhi)