"Dalam peristiwa ini menganggap sebagai musibah dan tidak akan diperpanjang ke ranah hukum. Apalagi ini mau mendekati bulan suci ramadhan kita anggap sebagai musibah saja," pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Desa Ciangsana, Dokter Liska mengatakan kondisi para santri sampai saat ini sudah lebih baik dan masih ada 12 orang yang dirawat di rumah sakit.
"Tim kita dibantu langsung dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor telah mengirimkan sampel makanan berupa nasi, telur, sayuran tempe dan kacang-kacangan usai disantap santri hingga diduga keracunan sudah dibawa uji laboratorium ke Jakarta dan masih kita tunggu hasil kepastiannya," tambah Dokter Liska.
Puskesmas Desa Ciangsana juga mendirikan posko kesehatan sampai kondisi kesehatan para santri dipastikan pulih.
"Tadi ada sebanyak 23 santri yang kita periksa di Posko Kesehatan kondisi gejala ringan saja sehingga dapat diatasi tanpa harus dibawa ke rumah sakit," tambahnya.
Terkait siapa yang membiayai perawatan santri selama di rumah sakit, Liska mengaku tidak megetahuinya.
"Untuk soal biaya pengobatan itu wewenang Dinas langsung," singkatnya.
Terkait masalah dugaan kasus keracunan para santri AIC, Kapolsek Gunung Putri Bayu Tri Nugraha, mengatakan, pihaknya masih mencari identitas donatur yang telah memberikan nasi kotak ke santri.
"Kita menduga makanan yang diberikan oleh donatur itu sudah tidak layak dikonsumsi," tutupnya.
"Anggota sedang mengecek identitas dari donaturnya ke pesantren. Dugaan sementara akibat makanan yang sudah kurang layak,” tambahnya.
Sedangkan salah satu santri yang turut menjadi korban, Nikita (12) mengungkapkan, makanan dari donator tersebut terasa normal di lidahnya.
"Enak-anak saja seperti biasanya tidak ada keanehan rasa atau bentuk dari makanan itu," ujar santriwati.