NAQAB, POSKOTA.CO.ID - Seorang pria Palestina ditembak mati setelah dilaporkan melakukan serangan penusukan di dekat sebuah pusat perbelanjaan di kota Beer al-Sabe (Be'er Sheva) Israel Selatan, Selasa (22/3/2022). Serangan tersebut menewaskan sedikitnya empat orang dan melukai dua lainnya.
Terduga penyerang diidentifikasi oleh media lokal sebagai Ahmed al-Qiaan (33), seorang guru yang berasal dari kota Hura di wilayah Naqab (Negev) yang diduga terkait dengan kelompok ISIL (ISIS). Polisi Israel mengungkapkan, ia ditembak oleh seorang pejalan kaki di sebuah pompa bensin,
"Tampaknya seorang teroris tunggal yang melakukan penusukan," kata juru bicara Polisi Israel, Eli Levy, yang dikutip dari Al Jazeera, Rabu (23/3/2022).
“Seorang warga sipil mengambil inisiatif dan menembak dan membunuhnya,” lanjutnya.
Petugas medis mengatakan, tiga wanita dan seorang pria tewas dalam penyerangan dan setidaknya dua orang lainnya terluka, sementara satu orang dalam keadaan kritis.
Sementara itu, media Palestina melaporkan, bahwa Polisi Israel melakukan serangan di Hura pada hari Selasa pasca kejadian dengan menutup jalan dan sekitar kediaman al-Qiaan.
Sebelumnya, pengadilan Israel pada tahun 2015 telah menghukumnya empat tahun penjara setelah menuduhnya sebagai anggota ISIL.
Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pasukan keamanan ‘dalam siaga tinggi’.
“Kami akan bertindak tegas terhadap operasi teroris dan akan menindaklanjuti dan menangkap mereka yang memberikan bantuan kepadanya,” bunyi pernyataan itu.
Sementara itu, Hamas dan Jihad Islam Palestina, memuji serangan tersebut.
Juru bicara Hamas, Abdel-Latif al-Qanou mengatakan, kejahatan yang dilakukan oleh pendudukan terhadap rakyat Palestina hanya dapat dibalas dengan 'tindakan heroik' seperti itu.
Juru bicara Jihad Islam, Tariq Salmi, mengatakan serangan itu adalah respons alami terhadap kejahatan pendudukan di Naqab.
Orang-orang Badui Palestina di Naqab telah lama menghadapi diskriminasi karena Israel telah mendorong rencana untuk mengganti desa-desa Badui dengan kota-kota khusus Yahudi. Mereka sering ditolak layanan negara, termasuk air, listrik dan fasilitas pendidikan.
Dilansir Al Jazeera, sekitar 300.000 orang Badui Palestina yang memegang kewarganegaraan Israel tinggal di wilayah tersebut, yang merupakan sekitar setengah dari daratan negara itu.
Setidaknya 30 persen dari mereka tinggal di sekitar 35 desa "tidak dikenal" di bawah ancaman pembongkaran, dan dipandang sebagai ‘pelanggar’ oleh pemerintah Israel.
Pasukan Israel secara teratur melakukan perintah pembongkaran di daerah tersebut, dengan alasan bahwa desa-desa ini tidak memiliki izin bangunan. Tetapi, penduduk mengatakan tidak mungkin mendapatkan izin untuk membangun secara legal.