JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Peredaran narkoba di Indonesia kian memprihatinkan.
Kriminolog Achmad Hisyam, mengatakan sulitnya membrangus peredaran Narkoba di Kampung Bahari, Tanjung Priok, Jakarta Utara, bisa disebabkan oleh beberapa faktor.
Faktor pertama bisa ditenggarai karena sebagian ekonomi masyarakatnya bergantung dari peredaran Narkoba.
Bila benar seperti itu, kalau satu bandar Narkoba ditangkap Polisi maka akan lahir bandar-bandar baru.
Sehingga peredaran Narkoba di Kampung Bahari sangat sulit untuk dibumi hanguskan.
Hisyam mencontohkan, seperti kasus lokalisasi Kali Jodo, yang sebelum era Gubernur Ahok, sangat sulit ditertibkan karena memang sumber ekonomi masyarakatnya ada di situ.
Jadi ketika Kalijodo mau ditertibakan maka harus diberangus seluruhnya tidak bisa hanyaenertibkan satu dua orang saja yang dianggap berpengaruh dintempat itu.
"Kan sampe Ahok harus bawa pasukan kan, nah itu diantara sulitnya secara sosial itu karena masyarakat di situ bergantung. Nah Kampung Bahari itu gimana? Apakah masyarakat di situ juga bergantung dengan keberadaan bandar bandar itu?" kata Hisyam saat dihubungi.
Kemudian yang kedua, Hisyam menilai, selama ini Polisi hanya meringkus para bandarnya saja. Tapi tidak memutus suplainya. Jadi selama pasokan Narkoba tetap ada, seberapa banyak pun bandar yang ditangkap, peredaran Narkoba di Kampung Bahari akan terus berjalan.
"Nah bandar itu dapat suplai dari mana, itu pun mungkin nggak diputus. Jadi istilahnya cuma mbuang isi embernya doang nih, entar selangnya masuk ngisi lagi," cetusnya.
Lalu faktor lain yang membuat sulit memutus peredaran Narkoba di Kampung Bahari, bisa karena ada oknum aparat yang bermain. Sehingga setiap ada penggrebekan, si bandar besar bisa lolos dari kejaran Polisi.