ADVERTISEMENT

Ngeri! Perang Rusia vs Ukraina Dinilai Dapat Menambah Pengangguran dan Kemiskinan di Indonesia, DPR Minta Pemerintah Lakukan ini

Minggu, 6 Maret 2022 11:54 WIB

Share
Anggota DPR, Heri Gunawan. (foto: ist)
Anggota DPR, Heri Gunawan. (foto: ist)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Anggota Komisi XI DPR Heri Gunawan menilai, perang yang berkepanjangan akan berdampak terhadap ekonomi global dan nasional. Konflik militer antara Rusia dan Ukraina sudah memasuki satu pekan. Ekskalasi perang semakin meningkat, sementara perundingan yang digelar di Belarusia belum menemukan kesepakatan damai.

Kondisi ini harus diantisipasi pemerintah, seperti lonjakan harga minyak dunia dan potensi melemahnya kinerja ekspor impor Indonesia. 

"Saat ini rakyat masih kesusahan akibat lonjakan harga minyak goreng, kedelai, dan daging sapi. Bila ditambah lagi dengan lonjakan harga gandum dan produk turunannya, maka akan menambah beban rakyat,” kata Hergun, sapaan akrab Heri Gunawan, Minggu (6/3/2022).

Hergun mengatakan, Ukraina merupakan salah satu negara pemasok gandum terbesar kedua untuk Indonesia. Perang ini akan menghambat suplai gandum, sehingga berdampak naiknya harga gandum dan produk turunannya. Pada 2021, total nilai impor gandum Indonesia mencapai 3,54 miliar dolar AS. Impor terbesar dari Australia mencapai 41,58 persen atau sebesar 1,47 miliar dollar AS, disusul Ukraina sebesar 25,91 persen atau senilai 919,43 juta dolar AS.

Pemerintah, lanjut politisi Partai Gerindra ini, harus menyiapkan langkah mitigasi menghadapi kelangkaan gandum. Seiring dengan pemulihan ekonomi, tentu akan membutuhkan pasokan gandum yang lebih banyak. Pemerintah perlu menjajaki negara-negara lain sebagai pengganti Ukraina sebagai pemasok gandum.

"Meskipun diperkirakan akan kesulitan mendapatkan substitusi negara penghasil gandum, tapi pemerintah harus mencoba secara optimal,” desaknya.

Hergun menjelaskan, pada 2021/2022, Indonesia merupakan pengonsumsi gandum peringkat ke-14 dunia dengan 10,4 juta ton. Peringkat pertama diduduki China dengan 148,5 juta ton. Disusul Uni Eropa 107,65 juta ton, India 104,25 juta ton, Rusia 41,5 juta ton, dan Amerika Serikat 30,97 juta ton. Industri makanan minuman di Indonesia sangat membutuhkan gandum impor untuk bahan baku. Jika perang berlangsung lama dan tidak ada pengganti gandum Ukraina, maka produksi pasti terganggu.

"Bila produksi menurun, bisa mengakibatkan pengurangan karyawan baik yang dikurangi jam kerjanya, dirumahkan, atau di-PHK. Hal tersebut bisa meningkatkan angka pengangguran dan kemiskinan pada 2022. Padahal, pada 2021, angka penggangguran sudah turun dari 7,07 persen pada Agustus 2020 menjadi 6,49 persen pada Agustus 2021. Dan angka kemiskinan juga turun dari 10,19 persen pada September 2020 menjadi 9,71 persen pada September 2021," jelas Kapoksi Gerindra di Komisi XI DPR ini.

Ia berharap, persoalan ini bisa segera diatasi sedini mungkin agar tak menimbulkan kelangkaan dan kenaikan harga. Apalagi, banyak pelaku UMKM yang produksinya membutuhkan gandum, seperti penjual mi ayam dan roti. Hergun menambahkan, dampak lainnya yang perlu diwaspadai adalah kenaikan harga minyak dunia yang pada Rabu (2/3/2022) sudah naik menjadi 107,47 dolar AS per barel untuk harga minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak Mei 2022.

Sementara harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik menjadi 106,23 dolar AS per barrel. Sebelum terjadi perang Rusia-Ukraina, pasar energi sudah bergejolak. Hal itu karena pasokan minyak sedunia tidak mampu mengimbangi pemulihan ekonomi yang kuat ketika pandemi Covid-19 mulai melandai.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT