MUI DKI Jakarta: Tirulah Nabi Muhammad! Tidak Dendam Bila Disakiti, Diam Ketika Dicaci

Sabtu 05 Mar 2022, 14:08 WIB
Ketua MUI DKI Jakarta, Kyai Munahar Muchtar silaturahim ke Ponpes Al Ubaidah Kertosono .(Ist)

Ketua MUI DKI Jakarta, Kyai Munahar Muchtar silaturahim ke Ponpes Al Ubaidah Kertosono .(Ist)

"Kita ini umat akhir zaman, juru dakwah itu profesi mulia karena berani mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran,” tegasnya.

Kyai Munahar juga mengingatkan, mmuballigh dan muballighoh itu beragam pembawaannya serta seorang juru dakwah itu harus menyampaikan selaras dengan kecerdasan umat

"Kalau umat yang dituju adalah petani, maka berdakwahlah melalui pertanian. Bila yang didakwahi teknokrat, maka juru dakwah harus bisa menjelaskan secara teknokrat,” pungkasnya.

Kyai Munahar juga mengingatkan supaya berdakwah selalu disertai niat karena Allah, bukan karena uang atau harta.

"Lihatlah juru dakwah yang berdakwah karena uang, dua tahun mereka menganggur karena pandemi Covid-19. Taka da panggilan untuk berceramah,” ujarnya.  

Selain itu, kata dia, dakwah juga  harus dilakukan dengan lemah lembut dan berakhlak mulia. Dakwah juga sifatnya tidak memaksa tapi mendidik.

"Tirulah Nabi Muhammad, tidak mendendam bila disakiti, diam ketika dicaci,” ujarnya. Kesabaran tersebut penting, agar umat Islam merasa sejuk. 

Menutup tausiyah itu Kyai Munahar, Kyai Ubaid menambahkan bahwa mempunyai angan, harapan dan cita-cita menjadi seorang dai-daiyah atau muballigh dan muballighoh itu sangat mulia.

Karena balasannya mendapat penghargaan langsung dari Rasulullah SAW seperti dalam sabdanya Nabi SAW.

"Sebaik-baik kalian adalah orang yang mencari ilmu dan mengajarkannya. Juga seperti sabda Nabi pula, Sebaik-baik manusia adalah orang yang mampu memberi manfaat pada manusia lain". (*/ham)

News Update