Ketum Golkar menegaskan, belajar dari pengalaman yang lalu, ia tidak ingin ada kader yang tertinggal.
Airlangga menceritakan kembali peristiwa Munas Golkar 2009 di Riau yang membuat Golkar terpecah menjadi beberapa partai politik baru.
Saat itu, Surya Paloh kalah dalam perebutan ketua umum di Munas 2009.
Setelah kalah, Surya Paloh dan timnya membentuk Partai Nasdem.
Langkah itu juga diikuti Prabowo Subianto yang kemudian membentuk Partai Gerindra dan Wiranto dengan partai Hanuranya.
Airlangga menegaskan dirinya tidak ingin peristiwa itu terulang di kepemimpinannya.
Menurutnya, setiap konflik internal Golkar harus bisa diselesaikan dengan konsensus dan mufakat.
Lihat juga video “Residivis Sembunyikan Sabu di Plafon Rumah Diringkus Polisi”. (youtube/poskota tv)
"Bukan cari menang dan kalah, karena menang dan kalah hanya saat pemilu, bukan saat konsolidasi,” tegasnya.
Ketum Golkar mengingatkan seluruh kader harus tetap berada di dalam barisan partai.
“Semua kader tidak boleh di luar, semua kader harus di dalam. Target kita 20 persen. Tapi 20 persen belum cukup memenangkan Pilpres. Pilpres butuh lebih dari 50 persen. Kita harus bekerja keras sekarang, tidak boleh ada kader yang ketinggalan,” tegas Airlangga.