ADVERTISEMENT

Waspada! Kelompok Teroris di Indonesia Dapat Pengaruh Tak Langsung dari Taliban di Afghanistan

Selasa, 22 Februari 2022 08:38 WIB

Share
Pengamat terorisme dan mantan pimpinan Jamaah Islamiyah (JI), Nasir Abbas, dalam podcast Sofyan Tsauri Channel.(Ist)
Pengamat terorisme dan mantan pimpinan Jamaah Islamiyah (JI), Nasir Abbas, dalam podcast Sofyan Tsauri Channel.(Ist)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Kelompok teroris di Indonesia terkait dengan kelompok Taliban di Afghanistan.

Mereka dinilai senang dengan kemenangan Taliban di Afghanistan, terutama para teroris alumni pelatihan militer di negara tersebut.

"Orang-orang (jihadis) yang punya backgorund (ikut pelatihan militer) di Afganistan paling senang dengan kemenangan Taliban," ujar pengamat terorisme dan mantan pimpinan Jamaah Islamiyah (JI), Nasir Abbas, dalam podcast Sofyan Tsauri Channel, dikutip Senin (21/2/2022).

"Dan yang paling ekstrem (mereka berkata) 'hanya orang kafir yang tidak suka atas kemenangan Taliban," imbuh Nasir. 

Orang-orang atau teroris alumni Afghanistan, kata dia menyebut Taliban merupakan jihadis. Sebab dari tahun '80-an mereka perang atas nama agama, hingga akhirnya kembali memenangi pertempuran pada 2021.

Taliban dan JI sendiri, menurutnya memiliki kemiripan. Keduanya merupakan kelompok yang berisikan para jihadis. 

"Kalau ingin membandingkan Taliban dan JI adalah kelompok bukan suatu negara. Tapi kelompok ini berhasil menjatuhkan pemerintahan. Paling puncaknya menguasai negara. Taliban arahnya menguasai negara. Taliban dijadikan contoh keberhasilan kelompok jihadis mengalahkan pemerintahan negara, hal ini menjadi ancaman buat NKRI jika ada kelompok teror yang ingin seperti Taliban," papar Nasir. 

Lebih lanjut, ia berharap pemerintahan Taliban belajar dari kesalahannya, dengan tak membiarkan para teroris asing atau foreign terrorist fighters (FTF) bermukim dan belajar di negara itu.

Pemerintah Indonesia juga diharapkan terus melakukan sosialisasi agar masyarakat Indonesia tak tertipu dan terjebak dengan bujuk rayu, sehingga berangkat ke Afghanistan untuk kemudian menjadi teroris. 

"Pemerintah jangan pernah berhenti melakukan kegiatan penguatan deradikalisasi dan memberdayakan orang-orang yang sudah insyaf, harus semakin banyak eks napiter (narapidana kasus terorisme) diberdayakan, terus jangan berhenti," tutur Nasir. 

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT