Nasib Tragis Janda Kesepian Lantaran jadi Sapi Perahan

Sabtu 19 Feb 2022, 06:58 WIB
Kartun Nah Ini Dia: Nasib Tragis Janda Kesepian Lantaran jadi Sapi Perahan. (kartunis: poskota/ucha)

Kartun Nah Ini Dia: Nasib Tragis Janda Kesepian Lantaran jadi Sapi Perahan. (kartunis: poskota/ucha)

TIDAK tahan menjadi janda kesepian, Marsih (46) sengaja pelihara berondong Kamidi (37). Tapi ada bonggol harus ada benggol, sehingga Marsih jadi sapi perahan, dipinjami duit melulu. Begitu ditagih tumpukan utang Rp4,5 juta, Kamidi naik pitam. Marsih pun dicekik sampai mati, dan tentu saja ditangkap polisi.

Orang seneng itu harus berani nombok, begitu juga orang sedang jatuh cinta. Tapi di era gombalisasi ini, ada juga tipe lelaki yang demen sama janda tapi justru janda itu dimanfaatkan, dijadikan mesin ATM. Tapi saldo mesin ATM kan ada batas juga, sehingga tak selalu setiap dimintai dan dipinjami uang pasti ada dananya.

Mesin ATM pakai rok itu salah satunya Ny. Marsih warga Sumpyuh, Banyumas. Sudah beberapa tahun lamanya hidup menjanda karena perceraian. Resiko umum janda itu kan setiap malam selalu kedinginan, meski di rumah tidak pasang AC sekalipun. Sebab “obat anget”-nya sudah pergi dan mungkin jadi milik orang lain.

Orang Surabaya bilang, dadi randa ngentekna klasa (menjadi janda bikin habis tikar). Sebab saking dinginnya itu malam, tikar pun dibuat selimut. Itupun tak menolong keadaan, sebab obatnya paling cespleng memang bukan itu. Walhasil setiap malam Marsih hanya gedabigan  (gelisah) nggak keruan, ada guling dua biji tapi tidak menjawab persoalan.

Dari relasi dagangnya Marsih kemudian kenal dengan Kamidi asal Kemranjen. Rupanya makserrrr......juga ketika ketemu lelaki yang  9 tahun lebih muda darinya. Tongkrongannya boleh, tentunya “tangkringan”-nya juga. Rupanya Kamidi tahu juga bahwa ada babon memeti (baca: janda kasmaran), sehingga mau dimanfaatkan. Soalnya jika untuk serius, di rumah kan sudah ada anak istri.

Pura-puranya Kamidi menanggapi aspirasi urusan bawah Marsih, sehingga dia tak keberatan diajak jalan berdua. Target berondong ini, siapa tahu Marsih bisa dimanfaatkan secara ekonomi, sebab janda ini lumayan kaya. “Lumayan kan, habis goyang dapat uang,” kata batin Kamidi yang tanpa sengaja kepengin jadi gigolo.

Cinta Marsih bersambut. Jika dua makhluk berlainan jenis sudah berkoalisi, ke mana lagi kalau bukan eksekusi. Maka meski belum resmi jadi suami istri keduanya sudah berani berhubungan intim, kadang di rumah Marsih, kadang di hotel. Bagi Marsih hanya itu maksimalnya yang bisa dilakukan, sebab Kamidi tak mau poligami. Ya sudah, tak punya suami nggak papa, yang penting sudah tidak kedinginan lagi di malam hari.

Tapi di mana-mana tak ada makan siang gratis, sehingga tanpa gengsi-gengsian Kamidi sering minta atau pinjam uang pada Marsih. Karena “kinerja” Kamidi di ranjang memang luar biasa, gampang saja dia memberikan uang, kadang Rp50.000 kadang Rp100.000 Jika narasinya pinjam, Rp500.000 Marsih juga tak sayang mengeluarkan.

Namanya piutang, kan harus ditagih. Tapi Kamidi selalu beralasan belum ada uang, anehnya lain waktu masih juga pinjam lagi dan pinjam lagi. Karena kadung sayang, Marsih tetap juga memberi, sehingga akhirnya menumpuk jadi Rp4,5 juta. Tapi sebagai mesin ATM ada masanya Marsih kehabisan uang juga, sehingga ketika Kamidi datang ke Sumpyuh dalam rangka setor bonggol, usai berbuat langsung ditagih.

Lagi-lagi Kamidi beralasan belum ada uang. Habis sudah kesabaran Marsih, sehingga ngomel-ngomel dan terjadilah keributan. Saking jengkelnya Kamidi sampai diancam, “Kamu boleh pulang kalau sudah pulangkan utangmu Rp4,5 juta atau tinggal HP-mu.”

Rupanya Kamidi kelotokan juga. Bukannya merasa bersalah, malah langsung tempeleng Marsih, disusul dengan cekikan di leher. Tentu saja si janda kesulitan bernapas, sehingga hanya dalam beberapa menit dia tewas di ranjang.

Berita Terkait

News Update