“MAS Joko, dalam tentara tidak ada anak buah yang salah, yang salah adalah komandannya,” kata Pak Saiful Rahim suatu pagi di ruang redaksi Pos Kota, Gedung Pos Kota, Jalan Gajah Mada No 98-100, Jakarta Barat.
Itulah cara Pak Saiful memberikan kritik kepada anak buahnya, jika terjadi kesalahan. Saya pun paham apa yang dimaksud Pak Saiful kepada saya yang ketika itu sebagai pemimpin redaksi.
“Siap pak, sebagai pemred, saya yang salah atas termuatnya judul yang tidak tepat,” kataku. Pak Saiful pun tersenyum.
Pagi itu memang terdapat judul yang kurang tepat, meski kecil di halaman dalam, tetap saja terkoreksi oleh Pak Saiful.
Apalagi judul, ejaan salah saja bisa terlihat, begitu juga alur berita yang tidak runtut, susah dipahami dan sulit dimengerti.
“Kamu yang bikin berita pasti paham, tetapi pembaca belum tentu paham. Apalagi kalau kau yang bikin berita saja tidak paham, bagaimana pembaca?” Itulah yang selalu diingatkan pak Saiful setiap hari kepada jajaran redaksi.
Dapat dikatakan tiada hari tanpa koreksian dari Pak Saiful. Tetapi dengan demikian, jajaran redaksi menjadi lebih cermat dan teliti.Soal bahasa yang baik dan benar dalam dunia jurnalistik, Pak Saiful adalah jagonya.
Pak Saiful adalah tempat berdiskusi dan bertanya bagi teman – teman redaksi terhadap cara menulis berita dengan bahasa yang baik dan benar.
Tentang istilah, adagium dan soal – soal satra. Pak Saiful adalah tempat bertanya soal apa saja, makanya disebut sebagai guru, selain sebagai atasan dan
bapak yang baik.
Ini bukan sebatas kata ungkapan saya. Setiap kali ada tamu penting berkunjung ke kantor redaksi, saya pun mengenalkan pak Saiful sebagai guru kami.
Meski tak jarang pak Saiful menambahkan, tapi murid pada akhirnya akan lebh pandai dari gurunya. Ini sikap merendah yang senantiasa ditujukkan Pak Saiful kepada tamunya. Itulah yang saya rasakan selama puluhan tahun bersama pak Saiful di Pos Kota.