Bisa Untungkan Indonesia dari Ketegangan Rusia dan Ukraina Menurut Ekonom

Rabu 16 Feb 2022, 16:09 WIB
Yusuf Rendy Manilet

Yusuf Rendy Manilet

INDONESIA, POSKOTA.CO.ID - Ketegangan hubungan Rusia dan Ukraina akan mempengaruhi harga minyak dunia.

Di sisi lain ketegangan kedua negara itu dapat menguntungkan Indonesia terutama dalam hal penerimaan negara. Demikian penilaian ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet.

“Jika tren harga minyak yang saat ini berada pada kisaran 90 USD per barel untuk West Texas Intermediate berlanjut, tentu ini akan semacam menjadi faktor keuntungan tak terduga bagi penerimaan negara karena asumsi makro harga minyak yang disepakati sebelumnya ada pada harga 63 USD/barel,” katanya di Jakarta pada Rabu (16/2/2022) seperti dikutip dari Antara.

Namun di balik berkah terselubung itu kenaikan harga komoditas tersebut berpeluang mendorong kenaikan inflasi domestik.

Hal ini dapat terjadi apabila kenaikan harga minyak global direspon otoritas terkait dengan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri.

Di sisi lain, Indonesia sebagai negara net importir berpotensi mendorong naiknya nilai impor minyak.

“Sentimen juga bisa berdampak jika serangan betul-betul terjadi. Artinya, dengan terlibatnya Rusia dalam perang dengan Ukraina, berpotensi besar dalam menggerek harga komoditas global,” ungkapnya.

Yusuf Rendy Manilet berpendapat bahwa sensitivitas ketegangan memiliki korelasi erat dengan naik turunnya harga minyak dunia.

Misalnya, harga minyak sempat turun di level sangat terbatas akibat adanya sentimen dari Rusia yang menyatakan tidak akan menyerang Ukraina dan hanya menginginkan negosiasi. Rusia mengklaim telah menarik pasukan dari perbatasan Rusia dan Ukraina.

“Namun setelah klaim ini diragukan Amerika Serikat, kenaikan harga minyak kembali terjadi,” ujarnya.

Sebagai salah satu eksportir produk komoditas utama seperti minyak dan gas, dinamika yang dialami Rusia juga akan mempengaruhi beberapa harga komoditas tersebut.

Ekspor gas dari Rusia yang mengalami hambatan beberapa bulan lalu. Pada akhirnya mendorong permintaan batu bara oleh sejumlah negara untuk mengisi sumber daya energi. Termasuk Tiongkok.

Harga batu bara pada saat itu bahkan sempat menyentuh harga tertinggi dalam 10 tahun terakhir.

Kondisi ini akhirnya menguntungkan ekspor Indonesia karena batu bara merupakan salah satu komoditas utama.

“Pertumbuhan ekspor hasil pertambangan yang mencatatkan pertumbuhan 74 persen sepanjang tahun 2021 tidak terlepas dari kinerja ekspor dari komoditas batu bara,” tutup Yusuf Rendy Manilet. ***

Berita Terkait
News Update