Wiku mengedukasi masyarakat bahwa berdasarkan gejala klinisnya, kasus positif dapat dibagi menjadi kasus bergejala dan kasus tanpa gejala (asimptomatik).
"Hal ini berarti, orang yang tampak sehat-sehat saja, belum tentu terbebas dari infeksi Covid-19," jelasnya.
Hal yang paling penting adalah, terdapat kecenderungan sikap kehati-hatian yang lebih rendah pada kasus tidak bergejala daripada yang bergejala.
Karena orang yang tampak sakit akan cenderung mengisolasikan dirinya.
Dan yang disayangkan lagi, faktanya tidak semua kasus positif di lapangan dapat terskrining 100%.
Studi lainnya menunjukkan peluang terpapar pada kontak erat kasus positif tanpa gejala akan menjadi 3-25% lebih rendah daripada kontak erat kasus positif yang bergejala.
Hal ini disebabkan gejala seperti batuk dan bersin dapat memperbesar peluang penularan dibanding pada orang yang tidak batuk atau bersin.
Walau begitu, lebih sedikit dan lebih tidak menular dibandingkan kasus bergejala.
Lalu, dari 8 studi lainnya di Tiongkok, orang tanpa gejala dapat menyumbangkan sekitar 24% dari keseluruhan penularan yang terjadi di populasi. (johara)