ADVERTISEMENT

Ponakan Terkena Keputihan, Kok Oomnya yang Kesetanan

Rabu, 9 Februari 2022 07:28 WIB

Share
Ponakan Terkena Keputihan, Kok Oomnya yang Kesetanan
Ponakan Terkena Keputihan, Kok Oomnya yang Kesetanan

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

INI kejadian aneh di Magetan (Jatim). Yang terkena keputihan ABG Wulan, 16, lha kok yang kesetanan justru Hendar, 59, yang masih kepernah Oomnya sendiri. Masalahya, untuk mengecek penyakit itu Hendar kurang kerjaan memeriksa organ intim Wulan. Nah, akhirnya si Oom jadi kesetanan.

Ketika saudara sepupu punya anak, maka anak itu menyebut Oom atau Paklik pada adik sepupu ibu atau ayahnya. Dalam Islam, Oom yang berasal dari kakak beradik bukan sepupuan, haram hukumnya untuk dinikahi. Soalnya itu masih sedarah, dan tak eloklah ponakan sendiri kok dibuat penak-penakan. Rasanya juga aneh bila seorang paman bisa nafsu pada bocah produk kakak kandungnya.

Yang terjadi di Kawedanan Kabupaten Magetan ini agak beda, Om Hendar yang usiannya nyaris kepala enam, kok tega-teganya menggauli Wulan, meski bukan ponakan langsung. Mungkin karena statusnya duda, jadi lumayam ganas. Maklum, sebagai lelaki normal lama tidak “ngetap olie” kepala jadi cenut-cenut. Kalau orang kelaparan, tinggal masuk warung semuanya beres. Lha kalau kelaparan dalam soal satu itu, bagaimana solusinya?

Sebetulnya skandal paman dan ponakan itu terjadi spontanitas saja. Maksudnya, sebelum itu Hendar sama sekali tak punya target atas Wulan. Cuma ya itu tadi, setan itu paling demen menggoda duda kesepian. Pas Hendar ke rumah kakak sepupunya, kebetulan rumah sepi, yang ada hanya Wulan yang nampak lesu, duduk tanpa gairah. “Kenapa kamu Wul?” kata paman Hendar.

Si Wulan menjawab jujur tanpa sungkan, “Sedang keputihan, Oom!” Agak aneh memang, kaum wanita biasanya seneng berkulit putih, tapi kalau keputihan kok pada tidak mau. “Boleh saya lihat, mungkin saya bisa mengobati.” Kata Oom Hendar. Tanpa sungkan Wulan langsung merosotin celananya, dan kemudian diperiksa oleh sang paman dengan cara seksama dalam tempo sesingkat-singkatnya.

Dalam kesempatan yang sama, setan pun dengan cepat menyelinap ke dalam hati dan pikiran Hendar. Mendadak dia pusing, maklum sudah lama dia “jaga jarak” dalam urusan satu itu semenjak istrinya tiada. Setan penggoda ini rupanya juga sudah sangat berpengalaman, sehingga tanpa malu-malu dia mengajak Wulan untuk berhubungan intim bak suami istri.

Rupanya juga ada setan lain yang membuntuti jiwa dan pikiran Wulan, sehingga tanpa pikir panjang gadis ABG itu bilang, “Ayok.....!” Maka terjadilah peristiwa terkutuk tersebut, paman makan ponakan. Setelah kejadian berlangsung, Oom Hendar pun mengeluarkan “fatwa” agar Wulan tidak cerita ke mana-mana, rahasia ini hanya menjadi milik berdua, suket godong tak boleh ada yang tahu.

Rupanya Hendar jadi ketagihan. Sukses pada kesempatan pertama, jadi ingin mengulang pada kesempatan berikutnya. Alasannya, presiden, gubernur, bupati, walikota saja bisa dua periode, kenapa yang ini tidak boleh. Maka beberapa hari kemudian Wulan dibawa ke hotel dan terjadi lagi hubungan intim di luar nikah tersebut.

Lain hari, kembali Hendar kepengin lagi. Presiden dan Kepala Daerah cukup hanya dua periode saja, tapi kalau soal begituan masak nggak boleh 3 kali? Maka tanpa diilhami oleh M. Qodari yang mengusulkan presiden tiga periode, Wulan-Hendar bikin aksi mesum yang ketiga kalinya. Dan sejak itu,  Hendar menggarap ponakannya berkali-kali, bahkan pernah dipinggir jalan di atas sepeda motor.

Uniknya, segala aktivitas mesum itu sering diabadikan dalam HP-nya. Dan celaka tiga belaslah, beberapa hari lalu ada razian HP di SMA tempat Wulan sekolah. Ketika ditemukan gambar-gambar mesum pemiliknya dengan seorang lelaki, akhirnya HP oleh pihak guru dilaporkan ke Polsek Kawedanan. Pengusutan dilakukan, dan Hendar ditangkap sementara Wulan sebagai saksi korban.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT