Pendakian Anies 2024

Selasa 25 Jan 2022, 06:32 WIB
Anies Baswedan kasihan pada Giring Ganesha inspeksi lokasi Formula E, mengatakan bahwa dia sedang nganggur jadi banyak waktu untuk berkeliling. (Foto/tangkapanlayar-youtube@totalpolitik)

Anies Baswedan kasihan pada Giring Ganesha inspeksi lokasi Formula E, mengatakan bahwa dia sedang nganggur jadi banyak waktu untuk berkeliling. (Foto/tangkapanlayar-youtube@totalpolitik)

Oleh Ilham Tanjung, Wartawan Poskota

AURA Ibu Kota Jakarta memiliki sihir yang ampuh menarik masyarakat untuk datang menggapai cita-cita meraih kesuksesan. Untuk meraihnya dibutuhkan perjuangan keras, konsisten dan doa. Tak banyak yang kuat hingga jatuh tak berbekas. Sebaliknya bisa terbang tinggi meraih impian hingga menjadi seorang pemimpin.

Jakarta saat ini jelas melekat pada sosok Anies Baswedan. Aura tersebut muncul sejak ia dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta di tahun 2017 dan tahtanya akan habis pada bulan Oktober 2022 mendatang. Anies akan digantikan oleh pelaksana tugas karena pilkada DKI Jakarta baru akan digelar kembali pada 2024, berbarengan dengan pemilihan presiden dan pemilu legislatif.

Sepanjang menjadi orang nomor wahid di Jakarta, Anies kerap menjadi perhatian publik tak terkecuali partai politik. Lalu kemana jejak Anies setelah tak menjabat sebagai Gubernur? Jawaban ini jelas bermunculan karena sampai saat ini kendaraan politik Anies untuk melaju di Pilpres 2024 juga belum muncul alias malu-malu kucing.

Dari berbagai macam partai politik yang memonitor jejak Anies, ada satu partai yang mulai mengasah kemampuannya, yaitu Partai Nasdem. Publik sudah melihat kedekatan itu semakin kuat ketika Anies kerap di “hajar” dari segala penjuru oleh lawan politiknya berkaitan kebijakan Pemprov DKI Jakarta. Salah satunya soal lintasan balap mobil Formula E.

Anies kemudian menunjuk Sahroni sebagai Ketua Panitia Pelaksana Formula E untuk tampil dihadapan publik. Penunjukan anggota DPR dari Partai Nasdem itu bukan serta merta begitu saja dilakukan Anies, jika tidak ada restu dari orang nomor satu dari partai tersebut.

Sejak itu, Anies mulai menghindari bertemu awak media dan menyerahkan kepada Wakil-nya untuk berbicara tentang kinerja kesehariannya. Mungkin untuk menghindari rangkaian katanya yang kerap digoreng pihak lain. Anies kini lebih banyak tampil sebagai seorang Youtuber menyampaikan kebijakan dan program-program Pemprov DKI dari dunia maya.

Lalu bagaimana Anies menjaga performa dan elektabilitasnya tentu bukan pekerjaan mudah. Pada Oktober 2022, Anies bukan lagi Gubernur dan karenanya tak punya panggung politik lagi. Di situ ujian elektabilitas yang sesungguhnya. Karena apapun yang dilakukan, dua tahun lebih tanpa panggung politik itu sangat berpengaruh, baik dari segi pemberitaan maupun perbincangan politik.

Mungkin karena itu, Anies lebih memilih tetap konsisten menjadi youtuber karena pilihan politik itu sangat murah dan gratis untuk menentukan eksistensi di ruang publik melalui serangan-serangan udara ke lawan politiknya, tanpa modal dan mudah dilihat oleh orang banyak.

Selain itu, Anies ada baiknya membentuk suatu organisasi sosial yang sifatnya pemberdayaan bisa pemberdayaan pendidikan lingkungan hidup, agar punya kerja-kerja yang kemudian akan dinilai layak dan pantas untuk menjadi pemimpin. Sehingga semakin menguatkan kesan seakan-akan lebih suka berbuat sesuatu yang lebih konkrit ketimbang menata kata-kata.

Anies juga harus segera menentukan sandaran politiknya pada partai politik. Undang-undang Pemilu mengatakan capres cawapres adalah mereka yang diusung oleh partai maupun gabungan partai politik. Waktu 2 tahun setengah adalah waktu yang cukup panjang. Anies tidak bisa lagi pencitraan melahirkan kebijakan-kebijakan yang dinilai pro rakyat, seperti menaikkan upah minimum provinsi (UMP) ataupun melakukan perjudian politik seperti Formula E.

Berita Terkait

Tok! Pilpres Digelar Rebo Legi

Selasa 25 Jan 2022, 08:38 WIB
undefined
News Update