JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria mengatakan, partai politik (Parpol) jangan bergantung pada 'efek ekor jas' atau tokoh yang diusung untuk mengeruk suara pada Pemilu serentak 2022.
Menurut Ariza yang saat ini juga menjabat sebagai ketua DPD Gerindra DKI Jakarta, saat ini tidak ada jaminan parpol dapat mengeruk suara hanya dengan mengandalkan tokoh yang diusung pada Pemilu serentak 2024.
Begitupun untuk partai koalisi yang tak memiliki jaminan perolahan suaranya terdongkrak dengan mendukung salah satu calon presiden ataupun kepala daerah.
"Untuk itu, satu hal yang perlu diperhatikan adalah kerja keras partai. Partai tidak bisa hanya bergabung atau bergantung atau mengharapkan dapat efek ekor jas," ujar Ariza dalam FGD DPD Gerindra DKI Jakarta, yang disiarkan melalui virtual, Selasa (25/1/2022).
Ariza mencontohkan, pada Pemilu 2019 meski Gerindra memiliki tokoh Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno yang diusung sebagai Capres dan Cawapres, tidak terlalu berdampak besar pada perolehan suara partai.
Menurutnya, pada Pemilu 2019, Gerindra hanya mampu naik 1,8 persen dengan total 13,9 persen suara dari pemilu sebelumnya yaitu sebesar 12,1 persen, meski memiliki tokoh yang dicalonkan.
Ariza mengungkapkan, efek ekor jas pernah mengami kesuksesan besar pada Pemilu 2004 saat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mencalonkan presiden. Berkat ketokohan SBY, Partai Demokrat mampu memperoleh rating yang cukup tinggi.
Ariza berharap, efek ekor jas di Pemilu 2024 serentak, mampu mendongkrak perolehan suara partai Gerindra
"Fenomena efek ekor jas sangat penting dalam siklus Pemilu serentak di Indonesia pada Pemilu 2024 mendatang, sedangkan di tingkat lokal seperti DKI Jakarta, efek ekor jas juga akan menjadi yang perlu diperhatikan dalam Pilkada 2024 nanti, di mana cakada yang dicalonkan partai Gerindra diharapkan mampu memberikan hubungan positif dengan perolehan suara partai," pungkasnya. (yono)
