JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - PBB mengutuk serangan udara koalisi Arab Saudi di sebuah pusat penahanan di Yaman utara saat jumlah korban tewas meningkat menjadi lebih dari 80 orang.
Serangan udara di provinsi Sa'ada yang dikuasai pemberontak pada Jumat pagi menyusul serangan pesawat tak berawak Houthi di Uni Emirat Arab pada Senin yang menewaskan tiga orang.
Ini menandai intensifikasi kekerasan dalam perang saudara tujuh tahun antara pemerintah, yang didukung oleh koalisi yang dipimpin Saudi, dan pemberontak yang didukung Iran.
Dilansir dari The Guardian, Ahad, 23 Januari 2022, ratusan orang terluka dalam serangan di pusat penahanan tersebut. Médecins Sans Frontires melaporkan bahwa rumah sakit al-Gumhourriyeh di Sa'ada telah menampung sekitar 200 pasien yang terluka tidak dapat memberikan perawatan lagi.
MSF juga mengatakan 82 kematian telah dikonfirmasi, mengutip angka dari kementerian kesehatan di Sana'a. Sedikitnya 266 orang terluka.
Koalisi yang dipimpin Saudi membantah laporan bahwa mereka telah mengebom penjara dalam sebuah pernyataan pada Sabtu pagi.
“Koalisi akan memberi tahu Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) di Yaman dan Komite Palang Merah Internasional (ICRC) tentang fakta dan detailnya,” kata kantor berita resmi Saudi, mengutip juru bicara koalisi.
Koalisi itu juga mengatakan penjara itu tidak termasuk dalam daftar tanpa-penargetan yang disepakati dengan PBB dan dan belum dilaporkan oleh Palang Merah.
Sekjen PBB, Antonio Guterres, mengatakan eskalasi serangan pada Jumat kemarin harus dihentikan. Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh juru bicaranya, dia mengatakan serangan udara telah mengakibatkan korban anak-anak.
Dia menegaskan semua pihak bahwa serangan terhadap warga sipil dan infrastruktur sipil, dilarang oleh hukum humaniter internasional.
Serangan terpisah di kota pelabuhan Hodeida menghantam pusat telekomunikasi, dilaporkan menewaskan tiga anak yang bermain di lapangan sepak bola dan memutus akses internet negara itu.