Raja Belanda Ogah Naik Kereta Kencana Yang Bercitra Kolonial

Sabtu 15 Jan 2022, 15:58 WIB
Kereta kencana Kerajaan Belanda tiba di Istana Noordeinde. (Sumber: Reuters)

Kereta kencana Kerajaan Belanda tiba di Istana Noordeinde. (Sumber: Reuters)

POSKOTA.CO.ID - Penggunaan kereta kencana keluarga kerajaan Belanda dikesampingkan Raja. Setidaknya untuk saat ini.

Salah satu sisi kereta itu memuat lukisan yang mengagungkan penjajahan Belanda pada masa lalu. Termasuk perannya dalam perdagangan budak global. Demikian menurut para kritikus seperti dilansir dari Associated Press pada Kamis (13/1/2022).

Pengumuman itu merupakan pengakuan atas perdebatan panas mengenai kendaraan itu. Sementara Belanda menghadapi sisi suram sejarahnya sebagai negara adidaya kolonial abad ke 17. Termasuk para pedagang Belanda yang meraih keuntungan besar dari perbudakan.

“Kereta Kencana hanya akan digunakan lagi sewaktu Belanda sudah siap dan sekarang ini tidak demikian,” kata Raja Willem-Alexander dalam pesan video.

Salah satu sisi kereta kencana itu dihiasi dengan lukisan yang disebut “Upeti dari Tanah Jajahan” yang menunjukkan orang-orang Asia dan kulit Hitam, salah seorang di antaranya berlutut, menyerahkan barang-barang kepada seorang perempuan muda kulit putih di tahta yang melambangkan Belanda.

Kereta itu sekarang dipamerkan di museum Amsterdam setelah menjalani perbaikan panjang.

 

Raja Belanda Willem-Alexander bersama Ratu Maxima tiba dengan kereta kencana di Den Haag pada 16 September 2014. (Sumber: Reuters)

Kereta kencana itu pada masa lalu digunakan untuk membawa raja Belanda melewati jalan-jalan Den Haag ke acara pembukaan parlemen setiap September.

“Tidak ada gunanya mengutuk dan mendiskualifikasi apa yang telah terjadi melalui lenza zaman kita,” kata Raja.

“Sekadar melarang simbol dan objek-objek bersejarah tentu saja bukan solusinya juga. Yang diperlukan justru upaya bersama yang lebih dalam dan perlu waktu lama. Upaya yang mempersatukan kita, bukannya memecah belah kita.”

Aktivis antirasisme dan salah seorang pendiri The Black Archives di Amsterdam Mitchell Esajas menyebut pernyataan raja sebagai pertanda baik. Di sisi lain itu hal minimum yang dapat dikatakan raja.

“Dia mengatakan masa lalu tidak boleh dilihat dari perspektif dan nilai-nilai masa kini … dan saya pikir itu keliru karena dalam konteks sejarah, perbudakan juga dapat dianggap sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan dan sistem kekerasan,” ujarnya.

“Menurut saya argumen ini kerap digunakan sebagai alasan untuk memoles sejarah kekerasannya.”

Belanda dan banyak negara lainnya telah meninjau kembali sejarah kolonialnya dalam proses yang dipicu oleh gerakan Black Lives Matter yang melanda dunia setelah kematian laki-laki kulit hitam di AS, George Floyd.

Museum nasional Belanda Rijksmuseum pada tahun lalu menyelenggarakan pameran penting yang menyoroti peran negara itu dalam perdagangan budak. Wali kota Amsterdam Femke Halsema meminta maaf atas keterlibatan ekstensif para mantan gubernur di ibu kota Belanda dalam perdagangan tersebut.

Femke Halsema mengatakan dia ingin mengukir ketidakadilan besar perbudakan pada masa kolonial dalam identitas kotanya. ***

Berita Terkait

News Update