POSKOTA.CO.ID - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan varian omicron menginfeksi lebih dari separuh orang Eropa pada Selasa (12/1/2022).
Virus tersebut belum dapat dilihat sebagai penyakit endemik seperti flu.
Dikutip dari Reuters, lebih dari tujuh juta kasus baru di Eropa yang dilaporkan terjadi pada pekan pertama 2022. Lebih dari dua kali lipat selama dua pekan, kata Direktur WHO Eropa Hans Kluge pada konferensi pers.
"Pada tingkat ini, Institut Metrik dan Evaluasi Kesehatan memperkirakan bahwa lebih dari 50 persen populasi di wilayah tersebut akan terinfeksi omicron dalam 6 hingga 8 minggu ke depan," kata Hans Kluge dengan merujuk pada pusat penelitian Universitas Washington.
Dia menuturkan lima puluh dari 53 negara di Eropa dan Asia Tengah telah mencatat kasus varian yang lebih menular.
Omicron mempengaruhi saluran pernapasan bagian atas dari paru-paru sehingga menyebabkan gejala yang lebih ringan daripada varian sebelumnya.
Namun WHO memperingatkan lebih banyak penelitian diperlukan untuk membuktikan hal ini.
Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez pada Senin (9/1/2022) mengemukakan mungkin sudah waktunya untuk mengubah cara melacak evolusi COVID-19 dengan menggunakan metode yang mirip dengan flu. Karena tingkat kematian akibat virus tersebut telah menurun.
Hal itu berarti virus corona diperlakukan sebagai penyakit endemik, bukan pandemi, tanpa mencatat setiap kasus dan tanpa menguji semua orang yang menunjukkan gejala.
Namun petugas darurat senior WHO untuk Eropa, Catherine Smallwood, berkomentar itu terlampau jauh.
Dia menambahkan bahwa endemisitas membutuhkan transmisi yang stabil dan dapat diprediksi.
"Kami masih memiliki sejumlah besar ketidakpastian dan virus yang berkembang cukup cepat, memberikan tantangan baru. Kami tentu tidak pada titik di mana kami dapat menyebutnya endemik," kata Catherine Smallwood.
"Ini mungkin menjadi endemik pada waktunya. Tetapi menetapkannya hingga 2022 agak sulit pada tahap ini,” katanya. ***