Lagi-lagi posisi ini sangat menguntungkan Wiyanto.
Sebab di siang hari dia lebih banyak di kantor, sehingga praktis selama piket dia tak
mengerjakan apa-apa.
Namun demikian dia tak pernah dilempar penghapus oleh “bu guru”.
Sebaliknya Mardan sebagai suami kedua dengan jadwal piket malam hari, benar-
benar seperti pekerja outsorching, kurang istirahat.
Semalam kadang dia harus melayani istri 2-3 kali. Pukul 20:00 sift pertama, kadang pukul 24:00 ada sift kedua, dan nantinya menjelang subuh sudah ada PR lagi.
Lihat juga video “Poskota Masuk Rumah Warga, Ular Sanca Ukuran Besar Mangsa Kusing Peliharaan”. (youtube/poskota tv)
Lama-lama Mardan merasa hanya dijadikan ban serep mobil jip.
Diapun memilih bercerai dengan caranya sendiri, tentu saja tanpa melalui Pengadilan Agama.
Tahu-tahu Mardan menghilang begitu saja, dan Katrin kembali menjadi milik Wiyanto seutuhnya.
Cuma ya itu tadi, dipaksa garap PR semalam 2-3 kali, dia tidak sanggup.
“Disetrap depan kelas biarlah....,” kata Wiyanto pada akhirnya.
Masak kalah rosa-rosa seperti mbah Marijan. (gts)