ADVERTISEMENT

Industri Layar Lebar Lesu karena Covid-19, Partai Gelora Inginkan Festival Film hingga ke Level Kecamatan

Minggu, 9 Januari 2022 22:15 WIB

Share
Deddy Mizwar saat memaparkan masalah perfilman saat peluncuran Sagara Movement. (rizal)
Deddy Mizwar saat memaparkan masalah perfilman saat peluncuran Sagara Movement. (rizal)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Industri perfilman nasional saat ini masih lesu mengingat pandemi Covid-19 masih mewabah.

Untuk itu, Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia menginginkan adanya festival film tingkat kecamatan sampai, kabupaten/kota, provinisi dan tingkat nasional. 

Selain bioskop juga harus ada di setiap kabupaten/kota.

"Dengan demikian akan muncul sineas-sineas muda yang bertalenta yang bisa membuat film berkwalitas. Selain itu, anak muda yang selama ini menjadikan film hobby dibina agar tetap bertahan pada dunia perfilman," kata Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta saat meluncurkan program Sagara Movement di sela-sela Penutupan Rakorwil 07 DKI di Jakarta International Equestrian Park, Pulomas, Jakarta Timur, Minggu (9/1/2022). 

Anis menegaskan, Sagara berarti Samudera dan juga Sejuta Gagasan Nusantara.

Keragaman budaya, keindahan alam, dan talenta manusia yang harus dikelola sebagai modal strategis untuk membangun ekosistem yang memungkinkan Indonesia ikut membentuk budaya dunia.

"Sekarang ini kita mendapatkan serbuan budaya, terutama dari Korea. Kenapa anak seorang Perdana Menteri Maroko bisa bahasa Korea, padahal jauh di Afrika karena nonton Drama Korea. Rupanya istri saya dan anak-anak juga suka nonton Drama Korea, kalau saya kurang terlalu suka. Tapi yang ingin saya katakan adalah bahwa ledakan budaya Korea telah mempengaruhi budaya seluruh dunia, termasuk budaya kita," kata Anis.

Menurut Anis Matta, kenapa budaya Korea bisa berpengaruh secara global, karena budayanya terkoneksi dengan industri kreatif seperti pembuatan film pendek, drama dan Kpop yang juga mendapatkan dukungan secara langsung dari negaranya. 

"Kita juga bisa menyerbu secara budaya seperti Korea. Budaya, bahasa kita lebih banyak, alam kita juga indah. Kekurangan kita hanya satu, tidak terkoneksi dengan industri secara serius. Secara ekonomi makro, kita tidak memiliki ekosistem industri kreatif," katanya. 

Ketua Bidang Seni Budaya dan Ekonomi Kreatif DPN Partai Gelora Deddy Mizwar mengatakan, pemerintahan sekarang tidak mengetahui industri film, bahkan banyak bioskop ditutup.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT