JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Beberapa orang mengeluh dengan berat badannya yang semakin hari semakin berat. Pola makan menjadi salah satu faktor yang seringkali menjadi target sasaran bualan.
Pola makan yang baik kadangkali menjadi masalah bagi sebagian orang yang merasa kelebihan berat badan. Berapa kali dalam sehari, juga sedikit atau banyaknya.
Mayoritas masyarakat tahu bahwa pola makan yang baik adalah tiga kali sehari.
Namun, tahukan Anda, darimana asal usul budaya makan tiga kali sehari?
Lihat juga video “Bus Transjakarta dan Mini Bus Terlibat Kecelakaan di Sudirman Hingga Pecah Ban”. (youtube/poskota tv)
Apakah hal tersebut adalah sesuatu yang benar?
Budaya makan tiga kali sehari dimulai saat Revolusi Industri di Inggris, pada pertengahan abad 19, yang mengubah masyarakat menjadi lebih modern.
Salah satu ciri modernitas tersebut terlihat dari terciptanya gaya hidup yang terstruktur alias berpola.
Begitu juga dengan urusan jam makan. Saat itu, budaya kapitalis mendorong para pekerja pada jam kerja yang ketat dan dipatok.
Sehingga, mereka membiasakan sarapan untuk mengisi tenaga sepanjang hari.
Kebiasaan tersebut dilakukan oleh semua pekerja tanpa kecuali, bahkan atasan mereka pun ikut menerapkanya.
Karena banyak pekerja yang menghabiskan waktu dari pagi hingga sore untuk bekerja, kebiasaan makan ini pun berlanjut.
Sehingga, muncul jam makan siang sampai jam makan malam untuk memenuhi kebutuhan energi mereka.
Begitulah asal usul budaya makan tiga kali sehari. Intinya, semua tergantung kebutuhan setiap orang.
Jika Anda suka makan dengan porsi sedikit, Anda dapat makan sebanyak 5-7 kali atau setiap 2-3 jam sekali.
Sementara, jika Anda tidak nyaman saat makan dengan porsi sedikit, Anda bisa makan 3 kali sehari dengan porsi yang normal. (Ibriza Fasti Ifhami)