Peluang Menkes Budi Gunadi Sadikin Nyapres Diragukan Pengamat, Ini Alasannya

Kamis 06 Jan 2022, 18:59 WIB
Menkes Budi Gunadi Sadikin saat raker dengan Komisi IX DPR. (rizal/tangkapan layar)

Menkes Budi Gunadi Sadikin saat raker dengan Komisi IX DPR. (rizal/tangkapan layar)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Meski Pilpres 2024 masih dua tahun lagi, keriuhan mengenai sosok-sosok yang digadang-gadang maju sebagai calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) mulai menghangat. 

Kekinian, nama Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin disebut-sebut juga berpeluang menjadi capres/cawapres 2024.

Isu yang diembuskan, Budi Sadikin sebagai Menkes dinilai mampu membuat kebijakan yang pro terhadap rakyat dan lihai dalam ekonomi makro karena lama bergelut di dunia perbankan.

Namun, sejumlah pihak meragukan peluang Budi dalam bursa Pilpres 2024. Bahkan, ada yang menilainya sebagai guyonan. Alasannya, eks Wakil Menteri BUMN itu dianggap belum layak menjadi capres/cawapres.

Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Firman Soebagyo mengatakan pemilu adalah mencari seorang pemimpin sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.

"Tentunya, yang pertama harus dipilih orang-orang yang mempunyai integritas, kapasitas dan loyalitas kepada negara," katanya kepada wartawan, dikutip Poskota.co.id, Kamis (6/1/2021).

Oleh karena itu, kata dia, posisi kepala negara harus paham tentang politik negara seperti apa. Ia pun mengingatkan capres mesti mengacu kepada aturan hukum. 

"Auran hukum yang ada adalah capres harus diusung oleh partai politik. Persoalannya, dia (Menkes) punya tidak partai politik. kata kuncinya di situ. Wong yang punya partai politik saja tidak bisa mencalonkan presiden. Belum lagi soal akomodasi dan uang. kita tahu masyarakat kalau tidak ada uang tidak akan dicoblos," imbuhnya.

Candaan Politik 

Di tempat terpisah, Direktur Eksekutif Indonesia Political review, Ujang Komarudin menilai munculnya isu Budi Gunadi Sadikin layak ikut Pilpres hanya candaan politik saja. Ia pun mempertanyakan elektabilitas Budi yang menurutnya masih kosong alias 0.

"Artinya rakyat pun tak mendukungnya. Jika ingin maju sebagai capres atau cawapres, mesti punya elektabilitas tinggi. Karena elektabilitas (keterpilihan itu) menjadi modal utama bagi capres atau cawapres," kata Ujang.

Berita Terkait

News Update