JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Pol. Hengki Hariyadi menyebut, sepanjang tahun 2021 wilayah hukumnya dihadapkan dengan 1.009 kasus kriminal, dan 828 kasus diantaranya berhasil dituntaskan.
Dari keseluruhan kasus yang dihadapi pada tahun 2021 tersebut, ujar Hengki, kasus paling menonjol adalah terkait perkara pencaplokan tanah milik orang lain seperti yang pernah terjadi di wilayah Kemayoran.
"Terkait kasus-kasus yang menonjol yang pernah ditangani oleh Polres Jakarta Pusat, adalah terkait kasus premanisme di Kemayoran yang berujung pada perkara pencaplokan tanah milik orang lain," terangnya, pada Jum'at (31/12/2021).
Lanjut dia, terkait kasus pencaplokan tanah tersebut, pada akhirnya dapat dituntaskan dengan mengungkap hal-hal dari mulai pembiayaan hingga merujuk kepada penasehat hukum pelaku.
"Kasus pencaplokan tanah itu akhirnya dapat kami tuntaskan. Kemudian ada juga kasus mafia tabung oksigen, itu juga berhasil kami tuntaskan. Dan semua barang yang kami amankan selanjutnya kami sumbangkan kepada Pemerintah Daerah (Pemda) untuk disalurkan ke Rumah Sakit," jelasnya.
Ditambahkan Hengki, kasus Aktual TV yang juga berhasil dituntaskan menjadi salah satu kasus tak kalah menarik untuk diungkap. Sebab, kasus ini merupakan sebuah fenomena kriminal jenis baru dimana para pelakunya memanfaatkan isu hoaks dan ujaran kebencian guna mendulang keuntungan dari Youtube.
"Untuk kasus Aktual TV ini sangat menarik, mereka membuat akun Youtube dengan berisika konten hoaks dan ujaran kebencian yang berpotensi menciptakan keonaran. Akan tetapi, setelah kami ungkap, tujuan mereka itu adalah komersil, mereka mendapatkan keuntungan hingga sekitar 2 milliar rupiah dari adsense Youtube selama 8 bulan membuka akun tersebut," imbuhnya.
"Pun dengan pengungkapan kasus pinjol ilegal, itu kami pertama menemukan. Kasus pembunuhan karyawan Basarnas juga, nanti aka kami jelaskan lebih lanjutnya," sambung Kapolres.
Lebih lanjut menurut Hengki, sebagian kasus kriminal yang terjadi di wilayah hukum Polres Metro Jakarta Pusat, terjadi bukan hanya sekadar berlatar ekonomi belaka. Sebagian kasus tersebut, ada pula yang dilatari akan kebutuhan untuk mengkonsumsi obat-obatan terlarang, narkoba misalnya.
"Ternyata kejahatan yang ada di Jakarta Pusat dan DKI, pada umumnya tidak semua bermotif ekonomi, tetapi seperti yang kami ungkap, beberapa kasus bukan bermotif ekonomi belaka. Mereka mencuri untuk membeli narkoba, dan pada saat mereka melakukan aksinya mereka berada dalam pengaruh narkoba tersebut," lanjutnya.
"Itulah mengapa mereka tidak ada rasa takut dan cenderung agresif karena dibawah pengaruh narkoba, yaitu efek stimulan dan halusinogen, hilang empati menambah kepribadian dan agresif, mereka tidak kasihan kepada korbannya. Makanya kita fokus ke narkoba, satgas narkoba kita bentuk agar tidak terjadi tersebut," sambung dia.