SELAMAT Hari Ibu, semoga ibu bahagia dan sejahtera. Bagaimana nggak bahagia, lihat saja di HP Ibu, berapa ratus ucapan yang disampaikan anak cucu dan handaitaulan. Kayaknya Ibu bisa seharian ya, membaca ucapan tersebut?
“Selamat Hari Ibu,” ujar sahabat Bang Jalil dari jarak jauh.
“Udah telat!” ujar istri Bang Jalil.
“Kalau untuk ngucapin, yang sipatnya menambah semangat nggak ada telatnya Bu,” ujar Bang Jalil.
Betul, kata Bapak. Yang nggak boleh telat itu seperti sekarang ini lagi ada musibah. Bantuan pada korban bencana harus cepat, bantuan obat, pangan pakaian yang harus disegerakan.” Jangan ditunda-tunda, kasihan mereka kalau nggak cepat bisa berakibat fatal, kelaparan sakit dan macem-macem penyakit bisa masuk ke tubuh para korban,” kata sahabat.
“Dari pada ribut terus, kan tenaganya lebih baik buat membatu yang lagi kesusahan!” sambung sang istri.
Bang Jalil merenung. Dalam sepekan ini ada saja masalah di negeri tercinta ini. Ada orang yang nggak segan-segan melemparkan ucapan yang nggak enak. Nggak tangung-tanggung yang diserang itu para pejabat tinggi. Kan kita ada saluran yang benar, kalau nggak puas sama pemerintahan,sampaikna lewat DPR/DPRD.
"Kan begitu ya, jalur yang benar. Bukannya ribut-ribut di luar, apalagi kalau berbau provokasi?” kata Bang Jalil.
“Udah, Bapak juga nggak usah ikut-ikutan. Itu urusan yang berwajib!” kata sang istri.
“Betul, tapi boleh saja kalau mau kritik, tapi coba bicara yang indah dan menyejukan!” kata sahabat.
“Tapi, kayaknya orang yang suka nyinyir, hatinya sudah tertutup?” kata sang istri.