Dari 59,1 persen, lanjut Lisa, hanya 15 persen diantaranya yang mendapatkan perawatan. Hal itu cukup ironis jika melihat menjamurnya klinik gigi dan fasilitas penunjang lainnya di Jakarta.
Untuk itu, pihaknya terus berupaya melakukan perbaikan pada UKGS di Ibu Kota.
“Kita di Jakarta berusaha untuk memperbaikinya lewat tingkat sekolah dulu melalui revitalisasi UKGS,” katanya.
Dosen Yarsi itu mengungkapkan, di Jakarta masih banyak yang baru menerapkan UKGS tahap satu yang hanya berupa pemeriksaan.
Padahal, seharusnya sudah mulai dilakukan UKGS tahap tiga berupa pencegahan dan perawatan.
“Di Jakarta banyak yang tahap satu, tahap tiga bisa dihitung jari, jadi belum merata,” katanya.
Lisa menuturkan, revitalisasi UKGS diperlukan untuk membantu mencegah terjadinya karies atau gigi berlubang.
Usai pelatihan, para guru diharapkan dapat memonitoring kesehatan gigi dan mulut siswa.
“Targetnya para guru yang telah dilatih bisa menjadi penerus kami untuk mengedukasi siswa-siswa, dan bisa melakukan tindakan pencegahan dan perawatan sederhana di sekolah,” katanya. (Jehan Nurhakim)