ADVERTISEMENT

Pakar Hukum: Penyelenggara Negara Korupsi karena Belum Mentransformasikan Ilmu dan Moral Secara Benar

Rabu, 8 Desember 2021 19:14 WIB

Share
Azmi Syahputra. (foto: ist)
Azmi Syahputra. (foto: ist)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Ketua Asosiasi Ilmuan Praktisi Hukum  Indonesia (Alpha) Azmi Syahputra menanggapi ucapan Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron merisaukan soal 86 persen koruptor itu bergelar sarjana pendidikan tinggi S2. Ghufron menyebut seseorang yang memiliki pendidikan tinggi seharusnya memiliki dedikasi yang juga tinggi.

Azmi mengatakan,  Salah satu tanda keberhasilan pendidikan itu adalah adanya perubahan perilaku yang lebih baik dan benar dan memiliki mental yang berkarakter. 

"Yang tahu rasa malu mestinya terpelajar, namun faktanya banyak pejabat yang terjerat dalam kasus korupsi dimana  pelaku yang rata-rata berpendidikan tinggi," kata Dosen Hukum Pidana Universitas Trisakti ini, Rabu (8/12/2021).

Azmi menekankan, di sini menunjukkan bahwa penyelenggara negara yang melakukan tindak pidana korupsi belum mentransformasikan ilmu dan moral secara benar, objektif , konstruktif, transparan dan bertanggung jawab.

"Padahal,  Nilai nilai  yang dperoleh dari proses  pendidikan ini menjadi kunci keberhasilan reformasi birokrasi," ujarnya.

Termasuk, bebernya, perbaikan kultur hukum institusional. Sebab, masyarakat langsung melihat dan merasakan melalui program-program kerja yang dijalankan pejabat tersebut.

"Semestinya pejabat memberikan contoh yang baik dalam kehidupan sehari hari. Karenanya sikap konsistensi dan perubahan tidak bisa dipisahkan dari kepemimpinan. Termasuk keteladan jika tidak mentalitas pejabat hanya berorientasi pada materi bukan pada tujuan bangsa, perilaku  (korupsi, red) dan sifat  inilah yang merusak bangsa Indonesia," tutupnya.

Sebelumnya, Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron menyebut koruptor yang berpendidikan tinggi mencapai 86% dan yang tertinggi adalah S2. Sementara dari 86 persen koruptor, 30 persen berpendidikan S1 dan 10 persen berpendidikan S3.

"Dari 86 persen itu, paling besar S2. Baru S1 sekitar 60 persen, dari 86 persen itu S2, 30 persen S1, 10 persennya S3. Saya tidak akan memperpanjang dan akan mem-blow up tentang 86 persennya. Tetapi apa maknanya? Bahwa ternyata semakin tinggi pendidikan, harapannya bukan hanya cerdas, bukan hanya terampil. Tapi dedikasi karakter integritasnya mestinya juga semakin tinggi," katanya. (rizal)

ADVERTISEMENT

Reporter: Rizal Siregar
Editor: Yulian Saputra
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT