"Dulu itu bisa mencapai Rp500 ribu per hari. Tapi sekarang mah susah, soalnya sepi, paling Rp200 ribu," tambahnya.
Sofia, karyawan penyandang autis mengaku senang bisa bekerja di kafe ini. Di kafe ini Sofia bekerja sebagai juru masak dan antar makanan.
Setiap hari sekitar 30 box nasi pesanan guru di Yayasan Yatim Mandiri ia antar dengan berjalan kaki. Meskipun jalannya tertatih, namun dengan semangatnya bekerja, Sofia menjalaninya dengan riang gembira.
"Senang mas bisa bekerja di sini. Kalau dulu kerja di konter ga bisa kemana-mana, tapi di sini mah bisa jalan-jalan," ucapnya.
Lokasi Yayasan Yatim Mandiri memang tidak terlalu jauh, masih dalam satu jajaran Ruko di jalan Cipta Karya, Lontar Baru, Kecamatan Serang. Namun meskipun demikian, Sofia tidak bisa mengantarkan pesanan itu dengan cepat.
"Pelan-pelan mas, ga bisa buru-buru jalannya. Takut jatuh," katanya.
Hal yang sama juga dikatakan Siti Fatimah, penyandang tuna rungu yang sudah tiga tahun bekerja di kafe bubble. Kepada poskota dengan bahasa isyarat nya Fatimah bercerita bahwa dirinya senang bisa bekerja di sini bersama rekan-rekannya yang juga penyandang tuna rungu.
"Alhamdulillah betah saya bekerja di sini," katanya.
Wanita asli Garut ini menuturkan, awal mula ia bekerja di kafe bubble kala itu dibawa oleh tetehnya yang tinggal di Kota Serang untuk kemudian bergabung bersama teman-temannya yang lain di Yayasan Yatim Mandiri.
"Saya tinggal di mes bersama teman-teman di sini. Mes itu disediakan dari Yayasan," katanya.
Fatimah juga bercerita bahwa dirinya senang masak. Bahkan ke depan, ia bercita-cita ingin menjadi chef profesional.
Di Yayasan ini, hobinya itu terus dikembangkan, dan sampai saat ini sudah banyak produk-produk olahan makanan yang ia buat sendiri bersama teman-temannya dari mulai kripik pisang sampai beranekaragam makanan kering.