Ada Dampak Psikologis, Anak Laki-laki Lebih Baik Sunat Saat Bayi

Rabu 24 Nov 2021, 15:30 WIB
Ilustrasi Bayi. (Foto/pixabay)

Ilustrasi Bayi. (Foto/pixabay)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Anak laki-laki lebih baik sunat saat bayi. Begitulah yang disarankan dokter spesialis bedah umum dari Universitas Hasanuddin, dr. Asrul Muhadi, Sp.B.

Sunat atau dalam dunia medis disebut sikumsisi. Proses ini merupakan tindakan pembuangan sebagian atau seluruh kulup penis dengan tujuan tertentu, antara lain faktor kesehatan, agama dan budaya.

Menurut dr. Asrul Muhadi, Sp.B, dalam sebuah webinar dengan topik “Sunat Aman Dengan Metode Modern”, indikasi melakukan sunat saat ini tidak harus menunggu anak berusia 7 tahun, bahkan menurutnya paling baik sejak lahir.

Ia menambahkan, sarannya tersebut bisa bergantung pada sejumlah hal. Misalnya jika beragama Islam, biasanya usia menjelang akil baligh atau sudah cukup umur, yakni sekitar usia 7 tahun.

“Tetapi dalam beberapa literatur, bisa sejak lahir. Ini lebih bagus,” jelasnya.

Hal yang sama juga diutarakan oleh dr. Mahdian Nur Nasution, Sp.BS, pendiri Rumah Sunat dr. Mahdian. Ia mengatakan, bahwa sunat saat bayi memungkinkan proses pemulihan luka yang lebih cepat dan tidak menimbulkan trauma pada anak, khususnya dengan metode bius yang menggunakan jarum suntik.

Menurutnya, sunat yang dilakukan pada anak usia Sekolah Dasar (SD), dapat menyebabkan fobia anak. Ia berpendapat, bahwa ketakutan sebagian orang pada jarum suntik saat ini, khususnya ketika divaksin Covid-19, merupakan fobia jarum suntik akibat pembiusan menggunakan jarum suntik saat sunat.

“Biasanya saat kecil pernah disuntik takut. Jadi ada dampak psikologis yang kita hindari, ada solusi, yakni sunat tanpa jarum suntik,” jelasnya dr. Mahdian.

Salah satu tindakan darurat harus dilakukannya sunat, yaitu fimosis atau ujung kulup menutup. Kasus sseperti ini perlu segera dilakukan pelebaran preposium, lalu dilakukan sirkumsisi.

Para dokter sepakat, bahwa sunat memiliki manfaat bagi anak. Salah satunya, mengurangi risiko Infeksi Saluran Kemih (ISK). Risiko terjadinya ISK 3-10 kali lebih besar kemungkinan terjadinya, pada anak yang tidak disunat.

Selain itu, risiko tertular HIV berkurang hingga 70 persen dan mengurangi risiko tertular penyakit seksual. Hygiene yang buruk dapat meningkatkan risiko kanker penis pada pria, yang tidak disunat.

Lihat juga video “Pria Paruh Baya Ditikam Sopir Odong-odong Lantaran Ganggu saat Makan”. (youtube/poskota tv)

Manfaat lainnya, yaitu mengurangi kemungkinan terjadinya balanopostitis atau peradangan pada glans penis. Risiko terjadinya balanopositits 3-10 persen lebih besar terjadi, pada pria yang tidak disunat.

Banyak metode sunat yang dapat menjadi pilihan orang tua bagi anaknya, seperti metode konvensional, laser, stapler dan kelm. Tentunya, setiap metode memiliki kekurangan dan kelebihannya. (ibriza)

Berita Terkait
News Update