JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Indonesia merupakan salah satu tujuan wisata banyak diminati masyarakat.
Selain keanekaragaman tradisi dan budaya, Indonesia memiliki kekayaan herbal yang bisa dijadikan terapi atau obat atau jejamuan juga pelayanan kesehatan tradisional.
Salah satu upaya pelayanan kesehatan tradisional adalah wellness tourism yang berpotensi untuk pengembangan wisata kesehatan.
Menurut data yang dirilis situs-situs primary traveler seperti Yovada, Queen of Retreats, dan Book of Yoga Retreats pada 2018, disebutkan bahwa pasar wellness tourism di Indonesia mampu meraup sebanyak US$44 juta (setara Rp626 miliar) lantaran memiliki spot wellness yang dibutuhkan turis mancanegara.
Dan para turis bule ini menghabiskan uang untuk sekali perawatan rata-rata US$1500-1600. Ini tentu potensi yang menggiurkan.
"Jadi wellness tourism ini adalah quality tourism dilihat dari length of stay (lamanya tinggal). Karena dalam program diharuskan menginap paling tidak selama seminggu," kata dr. Andry Edwin Dahlan, seorang Wellness Tourism Expert dalam Live Instagram Asah Kebaikan bertajuk Trend Terkini Wellness Tourism.
Andry menyebut, wellness tourism mulai jadi tren pada akhir 2020 di masyarakat, yakni, mereka tidak hanya ingin hidup enak melainkan juga dying well atau meninggal dalam kondisi berkualitas.
“Jadi, kita nggak harus sakit-sakitan menderita di rumah sakit terus sampai meninggal,” ujarnya.
Kondisi tersebut bukan hal mustahil, bahkan untuk orang yang telah mengalami penyakit tertentu.
Bisa dibilang, wellness tourism merupakan konsep orang sehat pergi ke suatu tempat dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatannya, pencegahan penyakit dan rehabilitasi pasca sakit.
“Wellness tourism diartikan sebagai aktivitas kesehatan tanpa menggunakan pisau (bedah),” ujar Andry.