Walau harga sejumlah komoditas pangan meningkat, Sulastri tetap tak meningkatkan harga makanan yang dijual. Alasannya karena Sulastri takut terjadi persaingan harga dari warung nasi padang yang menyediakan paket serba Rp10 ribu.
"Walaupun ada kenaikan, tapi harga makanan yang saya jual gak tak naikin, tetap harga biasa. Soalnya sekarang persaingan dagang kan repot. Kadang ada padang yang Rp 10.000. Yang ada warteg bisa jontos (kalah)," tuturnya.
Untuk saat ini, lanjut Sulastri, laba yang ia peroleh dari usaha warteg tak dapat diprediksi. Hal ini dia rasakan semenjak pandemi menerpa Indonesia pada Maret 2020 hingga sekarang.
"Keuntungan gak tentu sih, jaman sekarang gak bisa diprediksi. Semenjak ada Pandemi Covid-19, paling hasil jualan cuma bisa muter belanja. Bisa buat makan sehari-hari sddah bagus. Lain sama yang dulu-dulu," paparnya.
Sebagai pedagang, ia berharap agar pemerintah bisa menyesuaikan harga komoditas pangan dengan pendapatan masyarakat.
"Pinginnya ya diturunin lagi, lebih stabil harganya," pungkasnya. (Cr02)