Greenpeace Indonesia: Waspadai Dampak Migrasi Mikroplastik Galon Sekali Pakai

Rabu 10 Nov 2021, 08:35 WIB
webinar “Reuse Revolution For a Better Health and Climate”.(ist)

webinar “Reuse Revolution For a Better Health and Climate”.(ist)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pegiat lingkungan Greenpeace Indonesia mengajak masyarakat untuk tidak lagi mengkonsumsi air mineral dalam kemasan galon sekali pakai.

Hal tersebht disebabkan ditemukannya migrasi mikroplastik dari galon tersebut ke dalam produk airnya. 

Menurut Plastic Researcher Greenpeace Indonesia Afifa Rahmi Andini dari hasil uji yang dilakukan di Laboratrium Kimia Anorganik UI ditemukan bahwa air galon sekali pakai mengandung atau terkontaminasi dengan mikroplastik. 

Saat itu, sampel air galon sekali pakai diambil dari tiga wilayah yaitu Jakarta, Depok, dan Bogor.

“Mikroplastik yang ditemukan dalam air galon sekali pakai itu sebagian besar berbentuk fragmen dengan ukuran 2,44-63,65 mikrometer,” ujarnya dalam acara webinar “Reuse Revolution For a Better Health and Climate” pada Selasa (9/11/2021).  

Menurut Afifa, mikroplastik yang ditemukan dalam air galon sekali pakai itu didominasi jenis PET, yaitu polimer pembuat kemasan galon.  Dia mengatakan konsentrasinya memang tidak terlalu besar hanya sekitar 0,2 mg sampai 5 mg per liter.

“Tapi kalau kita lihat jumlah partikelnya sangat banyak. Ada 85-95 juta  partikel per liter atau 570 juta – 1.275 juta per galon,” ungkapnya. 

Afifa mengungkapkan, migrasi mikroplastik galon sekali pakai ke dalam produk airnya itu berpotensi masuk ke dalam tubuh para konsumen.  Dari kuesioner yang disebarkan Greenpeace kepada 38 konsumen galon sekali pakai, diperoleh hasil bahwa rata-rata mereka mengonsumsi air galon sekali pakai sekitar 1,89 liter per hari.

“Setelah kita hitung, dengan konsumsi sebanyak itu, mikroplastik yang masuk ke dalam tubuh konsumen sekitar 0,378 mg -9,45 mg per hari,” imbuhnya.

Kadar itu memang masih berada di bawah batas aman dari WHO. Tapi, kata Afifa, WHO juga memberikan catatan bahwa penelitian terkait dampak kesehatan mikroplastik ini masih terus dikembangkan.

“Jadi, WHO juga memberikan early warning atau reminder terhadap penggunaan jangka panjang yang bisa memberikan resiko yang sangat besar,” katanya. 

Berita Terkait

News Update