Yang terjadi kemudian, seluruh bupati/ wali kota yang diundang, hadir memenuhi undangan Gubernur Aher.
“Pak Gubernur sampai heran. Beliau bilang, selama dua periode menjabat gubernur, baru kali ini mengundang para bupati/ wali kota, dan hadir semua,” kata Doni.
Program Citarum Harum pun sampai pada puncak keputusan politik, setelah terbit Peraturan Presiden Nomor 15 tahun 2018, tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum yang berdurasi tujuh tahun.
“Hari ini, setelah kurang lebih tiga tahun Perpres berjalan, alhamdulillah, kondisi sungai Citarum berangsur membaik. Hasil penelitian terakhir kadar pencemaran air sungai citarum menurut drastis menjadi tercemar ringan. Di sejumlah anak sungai Citarum sudah ditemui ikan-ikan. Bahkan di beberapa anak sungai, air sudah kembali jernih dan bisa dipakai berenang anak-anak. Hulu Citarum di Cisanti, juga sudah tidak gundul setelah dilakukan reboisasi,” papar Doni.
Doni lalu memutarkan video seputar Citarum Harum. Ia berharap, program yang diprakarsainya sejak tahun 2017 itu akan terus lestari.
Ancaman serius pencemaran Citarum datang dari 3.000 pabrik tekstil yang membuang limbah ke Citarum. Karena itu, Satgas Citarum harus terus bekerja mengawasi secara ketat.
Tonton juga video “Wali Kota Bogor Tinjau Lokasi Longsor yang Akibatkan Pasutri Alami Luka-luka”. (youtube/poskota tv)
Kunci sukses program Citarum Harum terletak pada perubahan perilaku. Perubahan perilaku tidak bisa dipaksakan dengan senapan atau senjata.
Mengutip kata bijak Lau Tse (571 SM), “kenali rakyatmu, hiduplah bersama mereka….” maka Doni Monardo pun meminta para prajurit Siliwangi tinggal di rumah penduduk, hidup bersama mereka, dan dari sana mengubah perilaku masyarakat.
Kita Jaga Alam, Alam Jaga Kita. (*)