Dirjen PPI: Ada Kemajuan Besar di KTT Perubahan Iklim PBB di Glasgow, Prosedur dan Narasi untuk bahas Isu Krusial Disepakati

Minggu 07 Nov 2021, 03:01 WIB
Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) Kementerian LHK, Laksmi Dhewanthi.

Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) Kementerian LHK, Laksmi Dhewanthi.

Isu kedua finance, bagaimana kita setting  New Collective Quantified Goal (NCQG).nanti pada 2030-2050 itu berapa sebenarnya dana yang akan dimobilisasi. Karena jika tidak ada target baru yang  kuantitatif, nanti akan sulit mengukurnya.

”Kalo kita bilang perlu dana yang memadai dan cukup , akan sulit mengukurnya. Jadi perlu collective quantified goal,”tambahnya.

Lima Rangkaian
Apa yang disebut COP sebetulnya sudah berlangsung sejak 1994 lalu. PBB telah mempertemukan para pemimpin negara untuk membahas mengenai isu perubahan iklim secara global. Pada pertemuan tahun ini merupakan ke-26 yang terdiri atas 5 rangkaian pertemuan:

Pertama pertemuan COP26 itu sendiri, kedua  untuk  Protokol Kyoto ke 16, ketiga pertemuan untuk CMA13.Kemudian keempat  Sesi  SBI atau Subsidiary Body for Implementation, dan  kelima Sesi SBSTA (Subsidiary Body for Scientific and Technological Advice), semua dilakukan secara parallel
COP 26 dapat dibagi menjadi dua agenda pertemuan yakni agenda negosiasi yang meliputi 5 agenda di atas, dan non negosiasi 

Agenda non-negosiasi merupakan agenda dari tuan rumah untuk mendukung apa yang dinegosiasikan dan juga mendukung edukasi-edukasi ke publik. Untuk  agenda non-negosiasi ini ada isu terkait seperti  bagaimana kita mencapai komitmen untuk menahan suhu global rata-rata, tidak lebih 1,5 derajat celcius.

Juga agenda mobilisasi pendanaan dan juga agenda yang disebut World Leaders Summit dan High-Level Segments yang membahas berbagai isu seperti energy, lingkungan, ilmu pengetahuan dna inovasi, transportasi, pembangunan kota, dan juga pembangunan yang ramah lingkungan.

Delegasi Indonesia memiliki dua jalur, yang pertama kelompok negosiator yang mengikuti  lima sidang. Kedua, jalur di luar itu yakni Paviliun Indonesia. 

Tujuan sebagai delegasi, tandas Laksmi, tentu saja agenda-agenda krusial dalam jalur negosiasi mencapai kesepakatan yang tentu saja kesepakatan yang mereflesikan kepentingan berbagai negara-negara pihak, sebab banyak negara pihak dengan berbagai kepentingnannya. “Itu target delegasi Indonesia,” katanya.

Pada COP 26 di Glasgow ini Paviliun Indonesia mengambil tema Leading Climate Actions Together: Indonesis FOLU Net Shink 2030.

Di sini, Indonesia menyuarakan tindakan, strategi, dan inovasi Indonsia pada dunia internasional berupa aksi-aksi Indonesia dalam mencegah perubahan iklim.  (*/ril)

Berita Terkait

News Update