SENANG menolong sesama dan tak bosan mengedukasi warga. Itulah Lamtarida Tambunan, gadis 29 tahun yang aktif sebagai petugas tracer Covid-19 di Kelurahan Bungur, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat.
Sudah dua bulan ini Lamtarida menjadi relawan, membantu pemerintah memutus mata rantai sebaran virus corona.
“Saya tertarik menjadi tracer, karena saya ingin membantu pemerintah dan masyarakat. Saya senang bila bisa menolong warga,” ucap perempuan berambut panjang ini kepada Poskota di Kelurahan Bungur akhir Oktober 2021 lalu.
Bagi Lamtarida, menjadi tracer adalah sebuah tantangan. Terlebih lulusan farmasi Universitas Pancasila ini memang senang berbaur dengan masyarakat.
Selama dua bulan menjadi tracer, ia banyak menimba pengalaman. Tugasnya diawali dengan mecari informasi tentang warga yang positif terpapar Covid-19.
Bila ada informasi ada warga yang terpapar, Lamtarida berkoordinasi dengan RT, RW, Babinsa dan Bhabinkamtibmas serta puskesmas.
Ia bersama tim, melakukan identifikasi dan tracing terhadap orang-orang yang diduga melakukan kontak erat dengan warga yang positif Covid-19. Mereka ‘dilacak’ lalu dibujuk agar mau melakukan swab.
Tapi ternyata tidak mudah membujuk mereka. Apalagi masih ada stigma di tengah masyarakat bahwa Covid-19 adalah penyakit memalukan.
“Banyak warga yang menolak swab dengan berbagai alasan. Kami harus sabar. Kami harus terus mengedukasi warga bahwa Covid-19 bukan aib, supaya mereka yang kontak erat dengan pasien bersedia diswab,” urai Lamtarida.
Kesabaran tim gugus tugas Covid-19 dan para relawan, memang patut diapresiasi. Tak jarang mereka harus mengahadapi warga yang ‘ngeyel’ menolak diswab, tak diisolasi atau ogah divaksin.
Namun tim di lapangan tetap sabar dan melakukan berbagai strategi, menggugah kesadaran warga untuk bersama-sama memutus mata rantai Covid-19.