MASIH soal dialog seorang kakek dengan cucu tersayang. Si kakek yang lagi menikmati kopi tiba–tiba tersentak atas panggilan cucunya yang baru pulang sekolah.
Dengan muka serius cucu bertanya: "Kek, boleh ga sih pamer barang mahal ke teman - teman?”
Kakek: “Kenapa kamu bertanya begitu?”
Cucu: “Tadi teman cucu bawa sepatu baru, katanya beli di luar negeri harganya mahal, bagus banget. ”
Kakek: “ Oh ..itu. Kamu tak perlu ikut – ikutan pamer, meski punya sepatu mahal. Apalagi tidak punya..”
Cucu: “Kenapa kek?”
Kakek: "Pamer sesuatu itu tidak baik, meskipun yang dipamerkan itu barang baik. Apalagi barang yang tidak baik.”
Cucu: "Maksud kakek?”
Kakek pun menjelaskan. Begini cucuku. Orang yang suka memamerkan harta benda miliknya akan mendorong ke arah kesombongan, keangkuhan dn bisa – bisa lupa diri.
Beli sepatu mahal, baju mahal, tas bermerek boleh – boleh saja sepanjang memiliki kemampuan. Tetapi tidak boleh dipamerkan karena dapat membuat orang lain tersinggung, terpesona kemudian terlena ingin memiliki, sementara tidak memiliki kemampuan untuk membelinya.
Kalau sudah demikian lantas apa yang terjadi? Bisa jadi orang tersebut menjadi khilaf. Yang dirugikan bukan hanya orang lain, juga dirinya sendiri.