"Ini swadaya masyarakat, yang dipimpin langsung oleh Ketua RW. Untuk bantuan pemerintah pengadaan pupuk, pembinaan-pembinaan. Seperti menanggulangi penyakit atau peracikan pupuk organik cair," jelas Yatno.
Kata Yatno, kebun hasil gerapan kader PKK RW 06 Kelurahan Munjul ini dapat menjadi contoh untuk PKK, Karang Taruna, dan penggiat lingkungan lain untuk mempraktikkan kegiatan urban farming serupa.
Tak hanya sekadar guna penghijauan lingkungan, kebun anggur memiliki nilai ekonomi karena bisa dijual ke warga dalam berbagai olahan dan kebun dapat menjadi agrowisata.
"Diolah menjadi jus buah anggur, sudah lumayan. Omzet mereka per satu bulan bisa mencapai angka Rp7 juta. Digalang dengan bersama, nanti ada pembagian. Uang ini dengan pak RW diputar lagi, dari kebun kembali ke kebun," imbuhnya.
Anggur hasil panen warga RW 06 Keluraham Munjul, lanjut Yatno, dihargai sekira Rp100 ribu per kilogram. Dari situ diharapkan dapat meningkatkan taraf ekonomi warga.
Tonton juga video "Empat PSK dan Hidung Belang Terciduk Lagi Asik Lakukan Tindakan Asusila". (youtube/poskota tv)
Sedangkan kendala kala menjalani budidaya anggur, menurut Yatno, tidak terlalu besar. Sehingga bisa dilakukan oleh siapa pun, termasuk secara urban farming yang memiliki lahan terbatas untuk bercocok tanam.
"Kalau untuk kendala saya rasa di musim penghujan. Karena curah hujan tinggi jadi kelembapan juga ikut tinggi, mungkin kita bisa sikapi dengan meracik media tanam yang gembur atau koros," ujarnya. (cr02/pkl04)