Potensi budidaya porang di Desa Sambik Elen Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara pun mulai mendapat perhatian dari kalangan akademisi maupun swasta.
Diantaranya guru besar pakar lahan kering Universitas Mataram, Prof. Ir. Suwardji. Sekilas mengamati semangat dan perjalanan warga dalam berbudidaya, ia pun memutuskan memelajari porang dari hulu hingga hilir.

Warga Desa Sambik Elen Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB) menggelar diskusi terkait pengembangan budidaya umbi porang. (ist)
Akhirnya, sang profesor memutuskan untuk membuat konsep kemitraan.Dukungan lain yang diberikan datang dari PT Astra International Tbk. Melalui program Desa Sejahtera Astra, dibentuklah kelompok-kelompok Tani Porang.
“Semangat awal di 4 desa, yakni Sambik Elen, Senaru, Akar-Akar, dan Batu Rakit (pemekaran Desa Sukadana),” jelas Putra Anom.
Hasilnya, saat ini sudah ada pengembangan 750 hektare lebih di 4 desa. Ekspansi ini berlanjut di 7 desa di Kecamatan Gangga, kecuali Segara Katon.
Guna meningkatkan penghasilan, Putra Anom pun berencana ke depan pihaknya tidak lagi menjual produksi umbi dalam bentuk gelondongan atau basah. “Kami akan proses sampai tingkat porang kering. Saat ini ada 176 ribu pohon siap panen dari Satu Kelompok di Sambik Elen dan di Kelompok Tani Ganda Suli Bakongada 56 ribu pohon. Kemudian, di luar kelompok tani seputaran Desa Sambik Elen sebanyak 232 ribu pohon,” tandasnya.
Analisis perhitungan yang dilakukannya dari 232.000 Pohon dikali berat umbi 2 Kg hitungan paling rendah Rp 464.000/Kg x harga murah tahun ini sebesar Rp8.000/Kg basah maka hasil paling sedikit penghasilan panen sebesar Rp3,7 miliar. “Ini hanya dari Desa Sambik Elen, bila kalikan 4 desa lagi hasilnya akan mencapai puluhan miliar rupiah,” kata Putra Anom.
Putra Anom menambahkan komitmen dan keseriusan Astra cukup besar. Perhatian tidak hanya pada petani, tetapi juga warga lansia dan disabilitas. Mereka dibantu dengan sembako yang diserahkan melalui kelompok petani porang.
Ia pun berharap, porang bisa menjadi usaha pertanian jangka panjang. Tentunya perlu diikuti oleh dukungan Pemda dalam menyiapkan sarana prasarana pendukung, seperti akses jalan, peralatan, hingga industrialisasi yang memungkinkan semua kelompok mengolah dan tidak menjual raw materials. (guruh nara persada)