JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Warga Desa Sambik Elen Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB) mungkin tak menyangka sebelumnya bila umbi porang mampu menyulap perekonomian warga desa menjadi lebih baik dalam 5 tahun terakhir.
Bukan hanya perekonomian, tetapi tanaman umbi pengganti nasi tersebut sukses mengharumkan nama desa mereka.
Diceritakan Koordinator Petani Porang Kecamatan Bayan, Putra Anom, budidaya umbi porang awalnya dilakukan warga dengan cara otodidak. Pengadaan bibit juga demikian. Bibit porang yang dibudidaya adalah bibit liar yang diperoleh dari kebun atau kawasan hutan. Sebagian juga dibeli dari luar daerah, meski tanpa kualitas sertifikat.
“Semula kami menanam dengan jumlah yang tidak banyak karena kami meragukan porang ini dapat menjadi mata pecaharian. Pasalnya kami bingung mau dijual kemana?,” ujar Putra saat diwawancarai Poskota beberapa waktu lalu.
Namun seiring waktu, dari berbagai informasi yang diperoleh Putra Anom dan petani lainnya akhirnya mereka mengetahui bahwa porang banyak diminati.
Para petani menyadari butuh kesabaran dalam bertani porang, sebab jenis dan usia bibit menentukan lamanya waktu panen. Untuk bibit dari umbi, masa tanam hingga panen bisa 1 tahun. Bibit dari katak, butuh 3 tahun. Sedangkan bibit dari bunga, butuh waktu 4 tahun.

Warga Desa Sambik Elen Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB) tengah mengikuti pelatihan penanaman umbi porang. (ist)
Terbukti pada panen perdana di tahun 2016 petani di Desa Sambik Elen sudah mampu memproduksi umbi porang basah sebanyak 160 ton. “Pada panen perdana tahun 2016, harga jual kami saat itu Rp 3.000/Kg. Sehingga total hasil panen yang kami peroleh sebesar Rp480 juta,” ungkap Putra Anom.
Berdasarkan hasil panen tersebut, diakui Putra Anom, petani pun mulai bersemangat. Selain anggota kelompok, petani di luar anggota juga sudah mulai ikut menanam.
Hal ini karena porang memiliki potensi ekonomi yang dapat mengubah nasib petani.
“Di Sambik Elen sekarang sudah 37 hektare yang dikelola kelompok. Di luar anggota, lebih luas lagi,” imbuhnya.
Ke depan dikatakan Putra Anom, target budidaya melibatkan petani mencapai 3.500 hektare, memanfaatkan lahan kritis, lahan nganggur, maupun lahan hutan di luar hutan lindung.
Desa Sejahtera Astra