JAKARTA. POSKOTA.CO.ID - Wakil Presiden (Wapres) KH Ma'ruf Amin pesantren di Indonesia terus tumbuh dan berkembang dengan pesat, sehingga kini berjumlah lebih dari 34 ribu pesantren.
"Persepsi masyarakat terdahulu terhadap pesantren yang hanya merupakan pusat pendidikan keagamaan atau belajar kitab saja telah berubah," papar Wapres.
Itu disampaikan Wapres pada acara Internasional santri membangun NKRI : Refleksi transformasi di bidang sosial, politik ekonomi dan kebudayaan, di Jakarta, Rabu (20/10/2021).
Wapres menambahkan kini pesantren telah bertransformasi menjadi lebih berdaya, tidak hanya mendalami agama tapi pesantren juga mampu menggerakkan perekonomian di lingkungan pesantren sendiri dan perekonomian masyarakat di sekitarnya.
"Transformasi peran pesantren telah dikukuhkan dalam Undang-Undang No. 18 tahun 2019, yang menegaskan tiga fungsi utama pesantren, yaitu sebagai pusat peng-kaderan pemikir-pemikir agama (center of excellence) atau pesantren sebagai pusat penyiapan ahli agama (I’dadul mutafaqqihina fid-din), sebagai lembaga yang mencetak sumber daya manusia (human resources), dan sebagai lembaga yang melakukan pemberdayaan masyarakat (agent of development)," terang Wapres.
Wapres menandaskan melihat ketiga fungsi utama tersebut, maka kebangkitan perekonomian pesantren harus dimulai dari para santri.
"Dengan memupuk semangat kebangsaan dan cinta tanah air (hubbul wathan), berarti akan menumbuhkan semangat persatuan, dan meminimalisir tumbuhnya eksklusivisme, intoleransi, dan radikalisme di Indonesia," tutur KH Ma'ruf Amin.
Hadir dalam acara itu, Menteri Agama H Yaqut Cholil Qoumas, Ketua RMI-PBNU dan juga Ketua
Penyelenggara Kegiatan Hari Santri 2021 Abdul Ghofar Rozin.
Abdul Ghofar Rozin mengungkapkan, penetapan Hari Santri Nasional oleh Pemerintah merupakan pengakuan pemerintah atas peran dan kontribusi santri serta ulama dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Hal ini harus dimaknai sebagai semangat agar para santri dapat mempertahankan, bahkan meningkatkan eksistensi dan kontribusinya dalam pembangunan.
"Setiap tahun harus ada capaian yang didapatkan, baik di level daerah, maupun di level nasional,” dorong Abdul Ghofar. (johara)