LELAKI paling sabar se-Batam mungkin hanya Herman, 36. Tahu istri suka bawa cowok ke rumah, masih dimaafkan juga. Yang penting mau tinggalkan PIL-nya. Tapi ternyata Ranti, 34, ngeyel melepas doinya. Saking jengkelnya Herman, usai melayani hubungan intim istri lalu dicekik hingga tewas.
Kata para orangtua, orang sabar pasti subur, tapi dalam era gombalisasi sekarang ini, banyak sabar malah hancur. Contohnya guru-guru wiyata bakti, terlalu sabar tunggu pengangkatan, setelah puluhan tahun mengabdi tak diangkat juga. Hancurlah ekonomi rumahtangga. Dia bikin pintar anak orang, tapi anak sendiri tak bisa memperoleh pendidikan yang baik.
Kesabaran justru membawa kehancuran rumahtangga dialami juga oleh Herman, warga Bidakabil Kecamatan Nongsa, Batam. Dia tahu persis bahwa istrinya sering dikencani PIL-nya yang dikenalnya saat jadi TKI dulu, tapi masih bisa memaafkan. Buktinya dia tidak jijik pada asetnya yang sudah ternoda. Ketika Herman kepengin, masih minta jatah pada istri, meski tahu asetnya sudah diacak-acak macam pohon di Monas demi Formula-E.
Ranti memang pernah jadi TKI di Malaysia. Tapi setelah Covid-19 melanda seluruh dunia, majikan tempatnya kerja kehilangan pekerjaan dan dampaknya Ranti ter-PHK juga. Dia terpaksa kembali ke Batam, dan banting stir usaha jualan online, sementara suami bekerja serabutan. Apa saja dikerjakan, yang penting halal.
Rupanya dari jualan online ini Ranti jadi kecantol oleh salah satu pelanggannya. Orangnya royal, suka membayar lebih, tapi bukan kelebihan bayar versi Pemprov DKI. Karena sudah sering dapat tambahan benggol, lama-lama Ranti tak bisa menolak ketika sang pelanggan juga menawarkan bonggolnya. Mumpung suami tak di rumah, PIL itu lalu dipersilakan main ke rumah dan kemudian main kuda lumping.
Ternyata servisnya bikin woww....., sehingga Ranti ketagihan. Sejak itu Ranti semakin sering memasukkan PIL-nya ke kamar. Lama-lama Herman tahu juga, karena cerita dari salah satu anaknya. Namun demikian dia tetap sabar, tidak serta merta ngamuk terhadap istrinya. Salah satu indikasinya, Herman tetap minta jatah kebutuhan biologisnya, meski tahu aset itu telah diacak-acak lelaki lain.
Agaknya Herman kadung menganggap, istri tak lebih dari sebuah kendaraan roda dua. Kadangkala dipinjam orang silakan saja. Yang penting pulang bersih dan sudah diberi gemuk segara, sehingga jalannya semlintir. Faktanya pelayanan Ranti di ranjang juga tetap normal, tak ada yang berubah dari biasanya.
Sampailah pada kejadian yang mengenaskan di akhir cerita. Masalah timbul karena setelah dilayani hubungan intim, Herman lalu menasihati istrinya untuk tidak lagi hubungan dengan PIL-nya. “Yang sudah biarlah berlalu. Yang penting kini kamu bertobat dan kembali jadi ibu rumahtangga yang baik,” begitu kata Herman.
Tapi ternyata Ranti menolak untuk meninggalkan gebedannya secara serta merta. Di samping pelayanannya sangat memukau, sang PIL suka memberi uang untuk bantu-bantu dapur. Lha kalau bonggolnya distop, kapan dapat tambahan benggol lagi? Karena hidup itu harus berbagi, maka Ranti dengan sadar harus berbagi cinta dengan lelaki bukan suaminya. Dan Herman diminta untuk memaklumi.
Mendengar jawaban istrinya, Herman jadi kalap. Masih tidur-tiduran di ranjang dengan pakaian seadanya, sang istri langsung dicekik sekuat-kuatnya. Ranti mencoba melawan, tapi kalah tenaga, sehingga akhirnya lemas kehabisan napas dan akhirnya tewas. Dengan sadar Herman kemudian menyerahkan diri ke polisi.
Nyekik yang aman itu di pergelangan tangan, nggak bakalan mati. (GTS)