Ayah Menghamili Anak Tiri Kok Memfitnah Genderuwo

Senin 18 Okt 2021, 07:55 WIB
Ayah Menghamili Anak Tiri Kok Memfitnah Gendruwo. (Kartunis/Nah Ini Dia/Poskota.co.id)

Ayah Menghamili Anak Tiri Kok Memfitnah Gendruwo. (Kartunis/Nah Ini Dia/Poskota.co.id)

KONON gendruwo itu suka ganggu bini orang. Tapi di Madiun (Jatim), gendruwo jadi korban fitnah. Ketika anak tirinya hamil, Sarmadi, 40, tebar isyu bahwa pelakunya gendruwo. Polisi pun melakukan test DNA, ternyata yang nyetrom ABG Tarsih, 16, memang ayah tirinya. Sarmadi pun ditangkap.

Gendruwo dan peri (kuntilanak), itu makhluk halus paling populer bagi orang Jawa. Jika peri menggoda kaum lelaki, sebaliknya gendrowo mengganggu perempuan. Tapi gendruwo lebih selektip, dia hanya mau mengganggu perempuan cantik yang sudah jadi bini orang. Gendruwo memang bisa menduplikasi diri persis suami sicantik. Maka ketika “suami” mengajak hubungan intim dilayani saja. Tapi setelah skor kadung dua-kosong, baru ketahuan bahwa yang menjimak dirinya barusan adalah gendruwo.

Kepercayaan pada gendruwo dimanfaatkan benar oleh Sarmadi, warga Saradan Madiun. Ketika anak tirinya hamil buru-buru dia menyebar isyu bahwa yang menghamili Tarsih adalah gendruwo yang tinggal di pohon benda growong di pojok desa. Penduduk percaya saja pada kabar yang dilansir oleh Sarmadi. Karenanya sampai kehamilan itu gede dan lahir jadi bocah, banyak yang menganggap orok Tarsih sebagai anak gendruwo.

Gendruwo di benda growong tahu kalau sedang dijadikan kambing hitam oleh Sarmadi. Tapi karena dianya tak punya kepentingan politik di 2024, ya dibiarkan saja ayah tiri Tarsih itu terus menjual namanya. Padahal kalau mau bikin perhitungan atas pembunuhan karakter itu, sekali cekik Sarmadi pasti wasalam dan jadi arwah penasaran.

Bagi gendrowo, ngapain ngopeni bocah ABG. Bini orang yang cakep-cakep seperti Wulan Guritno dan dr. Raisha juga ombyokan, tinggal ambil salah satu dari mereka, pastilah kena. Tapi di musim pandemi Covid-19, gendrowonya memang sedang taat prokes, berusaha tetap jaga jarak. Padahal jika kencani bini orang, kalau jaga jarak mana bisa!

Gendruwo diam, penduduk Saradan juga diam. Tapi ayah kandung Tarsih yang terus protes. Mana mungkin gendruwo kurang kerjaan menghamili Tarsih, itu bukan domain dan wilayah kerjanya. Dia justru curiga pada Sarmadi yang terus menebar isyu bahwa Tarsih dihamili gendruwo. Ayah kandung Tarsih pun melapor ke Polsek Saradan dan menuduh Sarmidi aktor intelektualnya.

Polisi segera panggil Sarmadi untuk diperiksa. Tapi dia selalu berkelit macam tokoh cerita silat Kho Ping Ho, dan terus berusaha meyakinkan polisi bahwa tersangkanya gendruwo. Ya mana mungkin gendruwo diproses perbal. Maka jalan satu-satunya untuk bisa mempertersangkakan Sarmadi hanya dengan test DNA. Ini cara test paling akurat, lebih akurat ketimbang test wawasan kebangsaan (TWK).

Meski biaya test DNA bisa sampai Rp 7 jutaan, ayah kandung tetap menempuhnya, karena demi masa depan Tarsih. Hanya dalam tempo sebulan berhasil diketahui, ternyata DNA si bayi identik dengan Sarmadi. Mau berkelit apa lagi?  Ayah tiri celamitan itu pada akhirnya mengaku bahwa dalam seminggu dia bisa menggauli Tarsih sampai 2 kali.

Sarmadi pun ditahan. Masalah baru timbul, bagaimana mungkin Tarsih harus menikah dengan suami ibu kandungnya? Ibu Tarsih juga sudah muak dengan Sarmadi. Misalkan nantinya Sarmadi menikahi Tarsih, sebodo amat. Masalahnya, bekas suami ibu bolehkah menikahi anaknya?

Tanya sana kepada MUI Madiun. (GTS)

News Update