DEMI ketahanan ekonomi di masa pandemi, Jamal, 40, yang bekerja di Jakarta mengizinkan istrinya jadi pembantu di rumah Pak Sekdes. Sialnya Khusnul, 35, malah bekerja dwi fungsi. Ya ngurus rumahtangga Pak Sekdes, tapi juga ngurus keperluan ranjangnya. Tentu saja Jamal ngamuk-ngamuk.
Jaman Orde Baru dulu dwifungsi dikenal hanya di kalangan ABRI, yakni militer yang merangkap jadi Lurah, Camat, Walikota, Bupati, Gubernur sampai Menteri. Di era reformasi, Amien Rais berhasil mengembalikan TNI ke barak. Sialnya kini, hilang dwifungsi ABRI justru muncul dwifungsi rektor PTN. Selain memimpin kampus, rektor bisa merangkap jadi komisaris BUMN. Asyik kan?
Lebih mengasyikkan lagi dwufungsi ala Paimun, 38, seorang Sekdes di Kecamatan Jepon Kabupaten Blora (Jateng). Meski itu kebijakan bukan kedinasan, dia berhasil menjadikan pembantu rumahtangga di rumahnya kerja dwi fungsi. Siang hari mengurusi urusan rumahtangga dari nyapu, mencuci dan masak, malam hari melayani kebutuhan ranjang Pak Sekdes atau biasa disebut Carik.
Meski pembantu, Khusnul memang lumayan cantik, bodinya juga seksi menggiurkan. Cuma nasib saja yang buruk, dia menjadi pembantu atau asisten rumahtangga. Suaminya setali tiga uang, hanya menjadi buruh pabrik di Jakarta, sehingga tak mampu memboyong keluarganya ke Ibukokota. Semula Jamal berharap bisa beli rumah ber-DP nol rupiah. Tapi ternyata, gaji minimal harus Rp 7 juta sebulan. Gagal deh memboyong keluarga ke Jakarta.
Terdampak Covid-19, perusahaan tempat kerja Jamal juga oleng, sehingga dia tak bisa kirim penghasilannya ke kampung secara normal. Karenanya untuk tambah-tambah pemasukan, Jamal mengizinkan Khusnul bekerja sebagai pembantu di rumah Pak Carik. Jam kerjanya dari pagi sampai pukul 18:00. Habis itu barulah Khusnul bisa ngurus anak-anaknya di rumah.
Tapi gara-gara kecantikan Khusnul, Pak Carik lama-lama terpikat. Meski di rumah sudah ada kendaraan sendiri. Paimun mulai main mata pada bini Jamal yang memang jamilun (cantik). Ternyata Khusnul mengimbangi. Maka malam-malam Paimun suka menyelinap ke rumah Khusnul. Sial banget nasib bini Jamal ini. Jadi pembantu untuk tambah-tambah pemasukan, prakteknya malah “dimasuki” Pak Carik.
Lama-lama Jamal dapat info, dugaan Khusnul dijadikan WIL oleh Pak Carik. Indokasinya, dia punya uang lebih, sehingga bisa beli baju bagus. Pendek kata setelah digendak Pak Carik, Khusnul meriah banget gaya berdandannya. “Pulang dan buktikan, di rumahmu ada penyerobotan lahan lebih serem ketimbang Bojong Konengnya Rocky Gerung.” Kata sang informan.
Bener juga rupanya. Ketika Jamal sudah tiba di kampunnya, tengah malam ada WA masuk di HP Khusnul. Dengan sigap Jamal membuka HP itu dan menemukan pesan ajakan kencan malam itu, disertai kiriman gambar porno. Langsung Jamal menginterogasi bininya. Sejauh mana hubungannya dengan Pak Carik. “Masak hubungan sudah 6 bulan baru sekali?” sergah Jamal galak.
Khusnul yang tak lagi meriah, langsung mengaku sudah 4 kali melayani hubungan intim Pak Carik. Atas bukti chat mesum tersebut esok paginya Jamal mengadukan Carik Paimun ke Pak Kades. Sialnya, Pak Kades dan Carik malah tak mau hadir ketika warga demo atas kelakuan Paimun. Maklum, Pak Carik adalah menantu Pak Kades sendiri.
Tambah sial nasib Jamal, sebab dia malah dapat panggilan dari Polsek Jepon atas laporan Carik Paimun dengan tuduhan pencemaran nama baik. Jamal dan warga pun terheran-heran. Kenapa urusannya jadi terbalik-balik? Pak Carik yang bikin pencemaran atas kehormatan Khusnul, kok malah tuduh Jamal yang mencemarkan nama baik.
Jangan-jangan Khusnul “dicemari” Pak Carik lebih dari 4 kali tuh! (GTS)